Terjadinya pelecehan seksual pada anak ketika diungkapkan biasanya merupakan suatu proses daripada peristiwa tunggal. Ketika anak-anak mengungkapkan hal tersebut biasanya kepada ibu mereka. Namun, ibu mungkin juga menjadi korban perilaku kasar oleh pelaku yang sama. Atau, pengungkapan mungkin ke teman dekat, rekan atau guru.
Indikator Fisik Dan Perilaku Dari Pelecehan Seksual Anak
Indikator fisik dan perilaku pelecehan seksual anak dirangkum dalam tabel di bawah ini :
Penting untuk dicatat bahwa sementara diterimanya satu atau lebih dari temuan yang tercantum dalam Tabel dapat menimbulkan kekhawatiran, namun itu tidak selalu membuktikan bahwa seorang anak telah mengalami pelecehan seksual.
Banyak profesional perawatan kesehatan mengandalkan indikator jenis ini untuk membantu dalam deteksi kasus kekerasan seksual pada anak terutama pada anak yang bersifat nonverbal. Namun, indikator ini harus digunakan dengan hati-hati, terutama bila tidak adanya pengungkapan atau temuan fisik diagnostik.
Perilaku Seksual
Perilaku seksual menurut WHO termasuk kegiatan seperti berciuman dengan dorongan lidah ke dalam mulut orang lain, membelai payudara sendiri atau orang lain atau alat kelamin, masturbasi, bersetubuh dan sejenisnya.
Untuk membedakan mana yang pantas dan tidak dan biasanya di pergaulan milenial sesuai dengan perkembangan, namun untuk perilaku seksual yang normal  seringkali sangat sulit untuk ada kesepakatan bersama.
Ada semakin banyak penelitian tentang perilaku seksual pada anak-anak dan hubungannya dengan pelecehan seksual. Meskipun sebagian besar secara seksual anak-anak yang dilecehkan tidak terlibat dalam perilaku seksual, kehadiran perilaku seksual yang tidak pantas dapat menjadi indikator pelecehan seksual.
Umumnya berbicara, perilaku seksual pada anak-anak dapat didefinisikan sebagai bermasalah ketika:
- Hal tersebut terjadi pada frekuensi yang lebih besar atau pada tahap yang jauh lebih awal daripada yang sesuai dengan perkembangan anak itu sendiri (misalnya anak laki-laki berusia 10 tahun versus anak laki-laki berusia 2 tahun bermain dengan penisnya di depan umum, atau anak perempuan berusia 6 tahun yang melakukan masturbasi berulang kali di sekolah)
- Hal ini mengganggu perkembangan anak (misalnya seorang anak belajar menggunakan perilaku seksual sebagai cara untuk berhubungan dengan orang lain)
- Disertai dengan penggunaan paksaan, intimidasi atau paksaan (misalnya seorang anak 4 tahun 4 tahun memaksa yang lain untuk saling membelai alat kelamin atau meniru hubungan intim);
- Berhubungan dengan distres emosional (misalnya gangguan makan atau tidur, perilaku agresif atau menarik diri dari pergaulan)
- Kejadian dapat terjadi kembali dalam secara diam-diam setelah intervensi oleh pengasuh (atau orang yang terdekat dan dipercaya olehnya.