Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masalah Pelecehan Seksual Anak Cukup "Rumit", Rumuskan Pendidikan Seks yang Tepat!

15 Desember 2021   17:38 Diperbarui: 16 Desember 2021   09:46 4753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang menyendiri. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Dalam dinamika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau dalam pemanfaatan internet, Pedofil adalah individu yang lebih memilih kontak seksual dengan anak-anak daripada orang dewasa. 

Mereka biasanya terampil dalam merencanakan dan melaksanakan strategi untuk dapat terlibat dan memikat diri dengan anak-anak. Ada bukti yang menunjukkan bahwa pedofil mungkin membagikan informasi mereka tentang anak-anak (misalnya pornografi anak). Ini bisa terjadi di tingkat internasional, terutama melalui penggunaan Internet.

Faktor Risiko Korban

Sejumlah faktor yang membuat individu anak rentan terhadap pelecehan seksual telah diidentifikasi; meskipun WHO pada buku terkait sebagian besar didasarkan pada pengalaman di Amerika Utara dimana dianggap sebagai negara utama sebagai contoh yang diyakini banyak terjadinya pelecehan seksual pada anak. Sekalipun di negara lain, bahkan di Indonesiapun rentan. Disebutkan di Amerika Utara

  • Korban adalah jenis kelamin perempuan (meskipun di beberapa negara berkembang anak laki-laki sebagian besar adalah besar korban anak laki-laki)
  • Anak-anak yang menjadi korban adalah anak tanpa pendamping
  • Kebanyakan anak-anak berstatus dalam asuhan, anak angkat atau anak tiri
  • Anak-anak yang mengalami disabilitas secara isik atau mental
  • Memiliki riwayat pelecehan di masa lalu
  • Faktor kemiskinan
  • Korban perang/konflik bersenjata
  • Kerentanan psikologis atau kognitif;
  • Status memiliki orang tua tunggal/broken home
  • Isolasi sosial (misalnya tidak memiliki jaringan dukungan emosional)
  • Orang tua dengan penyakit mental, atau ketergantungan alkohol atau obat-obatan

Dinamika Pengungkapan/Pengakuan

Dalam sebagian besar kasus, anak-anak tidak mengungkapkan pelecehan segera setelah hal tersebut terjadi. Keengganan untuk mengungkapkan pelecehan cenderung berasal dari ketakutan pelaku; pelaku mungkin telah membuat ancaman, seperti "Jika Anda memberi tahu siapa pun aku akan membunuhmu/membunuh ibumu"

"Akomodasi Sindrom Pelecehan Seksual pada Anak", diusulkan oleh konferensi dan menghadirkan sejumlah para peneliti, mereka dipanggil dan diminta keterangan untuk untuk menjelaskan mengapa anak-anak kerap sering menunda untuk mengungkapkan setelah terjadi pelecehan dan mengapa kadang-kadang pula pengungkapan tersebut bermasalah atau pengakuannya ditarik kembali oleh si anak.

Terdapat beberapa kesimpulan dari pola yang khas dari peristiwa pelecehan seksual pada anak, salah satunya adalah adanya unsur tekanan pada anak, korban dipaksa untuk merahasiakan pelecehan seksual dan menceritakan awalnya merasa terjebak dan tidak berdaya. 

Tentu perasaan tidak berdaya dan ketakutan pada korban anak ini bahwa tidak ada yang akan percaya ketika ia mengungkapkan permasalahan pelecehan.

Hal ini yang  menyebabkan akomodatif perilaku. Jika anak tidak mengungkapkan, kegagalan keluarga dan profesional untuk melindungi dan mendukung anak secara memadai, menambah penderitaan anak dan sulit untuk mengungkapkan banyak kasus pencabutan terungkap.

Pengungkapan pelecehan seksual pada anak-anak dapat disengaja atau tidak disengaja, misalnya  yang dimaksudkan di sini baik anak atau pelaku itu sendiri. Pengungkapan adalah sering dimulai setelah penyelidikan tentang keluhan fisik, misalnya, nyeri saat mencuci area genital atau noda darah di celana dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun