Mohon tunggu...
Valentine Lindarto
Valentine Lindarto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Dian Harapan LV

🥑

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Anak Sungai Citarum Berwarna Merah Darah, Apa Solusinya?

31 Mei 2022   20:16 Diperbarui: 31 Mei 2022   20:35 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana pembersihan Sungai Citarum seharusnya selesai pada 2025. Akan tetapi, seluruh dunia justru melihat regres, bukan progres sebagai akibat perilaku oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap kesehatan lingkungan pada Mei 2022.

Perubahan warna anak Sungai Citarum hanya merupakan hasil perilaku seorang oknum, sementara lebih dari 2 ribu pabrik tekstil membuang limbah yang tidak diolah ke dalam sungai setiap hari. Apakah ada solusi lain yang dapat pemerintah dan rakyat sama-sama lakukan? Ya, ada.

Sumber: GreenPeace ID
Sumber: GreenPeace ID
Sejumlah peneliti biokimia di Indonesia sudah terlibat dalam penelitian bioremediasi logam berat sekaligus beragam jenis pewarna sejak tahun 2020. Pada 2019, Dr. Ir. Wahyu Irawati, M. Sci, dosen biologi Universitas Pelita Harapan, bersama dengan 3 rekan beliau meneliti kemampuan bioremediasi isolat bakteri asal Sungai Cikapundung, salah satu anak Sungai Citarum.

Sungai Cikapundung dikelilingi oleh pabrik teknik sehingga tercemar oleh logam berat, terutama tembaga (Cu). Sebanyak 5 isolat bakteri diambil langsung dari wilayah terkontaminasi, kemudian diuji resistensinya terhadap tembaga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima isolat tersebut memiliki resistensi tinggi terhadap tembaga karena mampu mentolerir tembaga hingga konsentrasi 7 mM -- 8 mM.

Bukan hanya bertahan hidup dalam lingkungan terkontaminasi, ternyata kelima isolat tersebut mampu mengurangi konsentrasi tembaga di lingkungan sekitarnya melalui 2 mekanisme resistensi: biosorpsi dan bioakumulasi.

Sumber: Times ID
Sumber: Times ID
Pada 2020, Ibu Ira melanjutkan penelitian tersebut dan menemukan bahwa Acinetobacter sp. CN5 yang diisolasi dari Sungai Cikupundung mampu mengurangi konsentrasi 12 jenis pewarna, termasuk wantex merah dan kongo merah.

Bakteri mampu menggunakan enzim-enzim hasil metabolisme untuk menjalani proses dekolorisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CN5 mampu mendekoloriasi hingga 57.64% pewarna metilen biru, 53.17% merah kongo, 67.50% merah wantex, dan 91.37% fuchsin dasar.

Mengingat bahwa CN5 merupakan bakteri yang juga resisten tembaga, maka isolat bakteri yang diambil langsung dari wilayah terkontamisasi seperti Sungai Citarum berpotensi besar untuk menjadi agen bioremediasi yang dapat mengurangi konsentrasi beragam jenis pencemar sekaligus.

Mungkin anda bertanya, "bagaimana hasil penelitian ini dapat diaplikasikan?" Jawabannya adalah pabrik tetap harus mengolah limbahnya terlebih dahulu. Lalu, apa gunanya penelitian di atas? Para peneliti dapat mengusulkan proses pengolahan yang murah.

Pada 2017, Ibu Ira menerapkan konsep bioremediasi (bioakumulasi) dalam proses pengolahan air limbah baterai menggunakan biofilter lekat diam. Acinetobacter sp. IrC2 yang diisolasi dari limbah industri di Rungkut, Surabaya dibuktikan resisten terhadap logam berat Cu, Cd, Pb, dan Zn sehingga dimanfaatkan dalam proses penyisihan timbal (Pb) dari air limbah baterai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun