Mohon tunggu...
Valentine Lindarto
Valentine Lindarto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Dian Harapan LV

🥑

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Anak Sungai Citarum Berwarna Merah Darah, Apa Solusinya?

31 Mei 2022   20:16 Diperbarui: 31 Mei 2022   20:35 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu Ira dan rekan-rekan beliau merakit bioreaktor menggunakan baskom plastik, media penyangga berbahan plastik PVC tipe sarung tawon, dan pompa. Molase sebagai sumber nutrisi (kombinasi karbon, nitrogen, dan fosfor) yang murah juga disiapkan untuk mengkultivasi bakteri.

Bakteri beradaptasi terhadap Pb dalam air limbah bateri melalui metode bioakumulasi. Selama proses penyisihan yang berlangsung untuk 8 hari, Acinetobacter sp. IrC2 berhasil menyisihkan paling banyak timbal pada jam ke-28 (86,5%) dan ke-56 (95,5%) sehingga pada jam ke-176, kadar timbal dalam air limbah di dalam bioreaktor turun dari >46,7 mg/L menjadi <0,01 mg/L.

Hasil ini menunjukkan bahwa industri dapat menggunakan isolat bakteri dan bioreaktor lekat diam untuk mengolah air limbah sebelum dibuang ke lingkungan sekitar sebagai upaya mencegah pencemaran lingkungan di masa depan. Akan tetapi, penelitian tersebut masih perlu dilanjutkan sebelum usulan solusi dapat diterapkan oleh ribuan, bahkan jutaan pabrik di Indonesia.

Para peneliti Indonesia memiliki ide-ide cemerlang untuk mengatasi berbagai macam permasalahan yang muncul di dalam masyarakat seperti pencemaran logam berat dan pewarna di Sungai Citarum. Selain Ibu Ira, masih banyak peneliti lain yang tersebar di seluruh Nusantara yang ingin mengatasi masalah pencemaran air di Indonesia. Akan tetapi, pemerintah kurang mendukung peneliti karena belum memandang riset sebagai bentuk investasi bagi kesehatan lingkungan, masyarakat, dan negara. Alasan utama riset dan pengembangan di Indonesia masih kurang maju dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura adalah karena anggaran dan tata kelola pendanaan masih perlu diperbaiki. Saat ini, 83,8% anggaran riset masih bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sementara itu, industri swasta sebagai pelaku utama pencemaran air juga perlu berperan dalam memajukan riset agar dapat memperbaiki proses pengolahan limbahnya. Pemerintah juga mendapatkan dana khusus untuk melangsungkan program-program tertentu seperti $500 juta USD yang diinvestasikan IMF dan ADM untuk Sungai Citarum, sehingga memiliki dana tambahan untuk mendukung program penelitian yang berkaitan.

Tentu, selain pemerintah, rakyat juga perlu berperan dalam memajukan riset dan pengetahuan di Indonesia dengan cara terlibat dalam penelitian. Warga, terutama para pemuda dapat bersikap produktif dengan cara aktif mengikuti organsasi, menekuni minat masing-masing, membuka suara atau menyumbang ide melalui platform sosial media, serta menghasilkan inovasi yang dapat memajukan Indonesia. Selain mengatasi masalah di Indonesia, nama negara juga akan diharumkan di kancah internasional bila rakyat dapat berjuang bersama pemerintah dalam bidang perkembangan riset dan pengetahuan.

Mari, libatkan diri dalam mengatasi masalah pencemaran air di Indonesia, serta memajukan negara!

Sumber: Bioteknologi UPH
Sumber: Bioteknologi UPH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun