Mohon tunggu...
Valentia Abdad
Valentia Abdad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Meru Buana

Nama : Valentia Abdad ( 43120010183 ). Dosen : Apollo, Prof. Dr, M. Si. Ak . Matkul : Etika dan Hukum Bisnis . Mahasiswa UMB Meruya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2_Etika dan Hukum Platon

24 Mei 2022   09:01 Diperbarui: 24 Mei 2022   09:15 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah penulis dari flipkart.com

Konsep etika Plato ini kurang lebihnya hampir serupa dengan konsep Socrates. Etika Socrates menekankan pada unsur pengetahuan, menurut Socrates manusia akan hidup dengan pengetahuaannya apabila manusia tersebut telah memiliki pengetahuan yang cukup. Ia menyimpulkan bahwa pengetahuan dan moral merupakan sebuah kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan Socrates percaya bahwa hidup yang layak adalah hidup yang baik.

Etika Plato ini didasari dengan dunia ide. Menurutnya dunia ide adalah dunia yang indra-indra kita bisa rasakan hanya sebuah bayangan yang tidak sempurna dari bentuk ideal yang ada di dunia idea. Konsep mengenai bentuk-bentuk ideal  didunia pada umumnya sudah ada sejak manusia lahir. 

Dunia ide menruut Plato sendiri memiliki ciri-ciri, yaitu tidak berubah, tetap dan merupakan sebuah bentul asal dari segala sesuatu. Perubahan-perubahan yang terjadi itu mengakibatkan bentuk tiruan dari bentuk asal didunia ide. Plato berpendapat bahwa dunia yang kita rasakan itu melalui indra kita hanyalah bayangan semata yang tidak menunjukan bentuk asli dari kondisi ideal di dunia ide, maka dari itu memperoleh pengetahuan yang sejati manusia harus mempelajari dunia ide. 

Plato mengatakan bahwa tujuan hidup manusia itu adalah mencapai kesenangan hidup, menurutnya kesenangan hidup adalah dengan memperoleh suatu pengetahuan, bukan hanya kesenangan hidup duniawi saja.  

Dikarenakan pengetahuan sejati terdapat didunia ide dan ide tertinggi menurut Plato adalah kebaikan, maka manusia harus melakukan kebaikan untuk bisa mencapai kesenangan atau kebahagiaan itu di hidupnya.

Orang Athena menjelaskan bahwa jiwa meurpakan penguasa tubuh manusia dan karena itu harus memperioritaskan jiwa dari pada tubuh. Namun demikian, dari kebanyakan manusia gagal dalam melakukan hal seperti ini dan merek lebih memilih mengejar suatu kecantikan, kekayaan dan kesenangan dengan mengorbankan moralnya dan akibatnya mereka memprioritaskan tubuh mereka dari pada jiwa mereka. Meskipun manusia harus mengutamakan jiwanya, mereka juga berkewajiban untuk menjaga tubuh mereka. 

Namun orang-orang tidak menghormati tubuh mereka dengan menjadi sangat cantik, sehat dan kuat, sebaliknya mereka lebih menghormati tubuh dengan mencapai rata-rata di antara esktremnya masing-masing negara bagian. Prinsip yang sama hanya berlaku untuk kekayaan, apabila terlalu banyak kekayaan atau harta akan menyebabkan munculnya permusuhan dan keserakahan dan sementara kekayaan yang terlalu sedikit akan membuat seseorang rentan terhadapt eksploitasi.

Etika Yunani Kuno pada umumnya diartikan sebagai egois yang berarti bahwa penyelidikan etis berpusat pada pertenayaan tentang bagaimana  kehidupan terbaik bagi seorang individu. Dalam kerangka ini, diskusi tentang mengapa seseorang itu harus menjadi moralitas dikaitkan dengan bagaimana moralitas berhubungan dengan kesejahteraan. 

Dengan kata lain, Plato berpendapat bahwa kita memiliki alasan untuk menjadi moral, yaitu moralitas akan membantu kita menjalani kehidupan yang sukses dan bahagia. Dengan pemikiran seperti ini, sangat masuk akal jika Platon berfikir bahwa kita berkewajiban untuk merawat jiwa dan tubuh kita, karena membutuhkan kehidupan yang baik.

Pelu diingat bahwa teori-teori etika utama saat ini memiliki fitur-fitur tentang diri sendiri yang dibangun didalamnya dan dengan demikian gagasan ini tidak sepenuhnya unik bagi Plato sendiri. 

Tiga teoi etika utama saat ini adalah etika  moralitas (yang diadvokasi oleh Plato), deontologi dan konsekuensialisme. Immanuel Kant berpendapat bahwa kita memiliki kewajiban untuk memperbaiki diri, sementara konsekuensialisme dalam bentuknya yang paling tradisional itu, berpendapat bahwa ketika menentukan bagaimana kita harus bertindak, kesejahteraan pribadi kita sendiri lah yang dipertimbangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun