"Tentang coklat?" kembali Kimaya melempar bom.
"Kamu suka, tidak?" Adian tidak kuasa menjawab tapi kuasa bertanya.
"Kamu memberi kesukaanku," jawab Kimaya pendek. Adian tersenyum kembali. Kimaya merasa pipinya panas padahal pastanya tanpa sambal.
"Habis ini kamu pengin ke mana?" Adian mulai makan sambil bertanya. Kimaya mengerutkan keningnya tapi cowok itu tidak melihatnya.Â
Kimaya lalu merasa dia harus memberi sesuatu pada Adian. Aku tidak mau hutang budi, coklat harus aku balas dengan sesuatu, pikir Kimaya.
"Ke toko buku," sahut cewek itu. Dia lihat mata Adian berbinar. Ah, tepat tebakanku, pikir Kimaya.
Sesampainya di toko buku, seperti yang diduga, Adian menuju ke suatu tempat. Kimaya mengamati dengan cermat. Jangan sampai terlewat, batinnya. Buku pertama yang diambil Adian tapi dikembalikan lagi ke rak adalah yang Kimaya beli.
Mereka menghabiskan waktu cukup lama karena Kimaya menemukan satu komik terbaru dan petugas toko buku itu membiarkannya membaca sampai habis. Adian juga lenyap di salah satu pojok tumpukan buku best seller.
Hari menjelang gelap ketika mereka menuju ke parkir motor.
"Ini untuk kamu," Kimaya mengulurkan bungkus plastik berisi buku yang tadi dipegang Adian. "Happy Valentine's Day, Adian!"
Cowok itu melongo. Saat itu pertama kalinya dia mendengar Kimaya mengucapkan namanya. Saat itu juga dia senang, pertama kalinya namanya terdengar indah dan merdu.