"Apakah kamu menduga akan menang taruhan?" tiba-tiba Adian berkata setelah memesan semangkuk soto ayam dan duduk di depan Kimaya yang hanya ambil roti sobek.
Kimaya melotot.
"Kok kamu tahu tentang taruhan itu?"
"Aku tahu semua yang terjadi di sekolah ini," kata Adian dengan jumawa. Dia tidak tertarik dengan Kimaya tapi penasaran dengan usaha Kimaya mempertahankan uang sejuta. "Jadi, kamu pikir akan menang taruhan karena kita sarapan?"
"Aku tidak perlu menang," kata Kimaya singkat. Dia tidak nyaman dengan suasana ini.
"Nanti kamu kehilangan duit sejuta, kan?"
"Tidak. Duit itu sudah aku menangkan," Kimaya sendiri heran kenapa dia menceritakan semuanya kepada Adian yang baru kali ini bercakap dengannya.
"Kamu menang apa? Aku kan nggak jadian sama kamu?" Adian jadi bingung.
"Liburan kemarin aku ikut lomba fotografi. Juara tiga dan dapat tepat sejuta, beres, kan?" jawab Kimaya ringan. Adian menghela napas gemas.
Setelah menghabiskan roti sobeknya, Kimaya pamit kembali ke kelasnya, meninggalkan Adian yang tercenung karena akhir dari taruhan ini tidak dia duga.
"Kim, aku tunggu di sini ketika istirahat," teriak Adian ingin memastikan cewek itu mendengarnya. Dia lihat Kimaya hanya melambaikan tangannya.