Kimaya sendiri tidak terlalu memikirkan teriakan cowok itu. Setiap istirahat, dia selalu ke kantin.
Di kelas, pikiran Kimaya sudah disibukkan dengan kuis fisika dan latihan soal kimia. Waktu terasa terbang sampai bel istirahat pertama berdentang.
Bertiga dengan Nishi dan Vanah, Kimaya memasuki kantin dengan perut yang sudah keroncongan.
"Sudah aku pesankan bakso," suara cowok di dekat telinganya cukup keras terdengar oleh Nishi dan Vanah.
"Adian menraktir kamu?" bisik Vanah. Kimaya hanya mengedikkan bahunya, cuek.
"Ngaku saja kamu sudah berhasil menaklukkan Adian, Kim," kata Nishi panik, dia belum menyiapkan uang sejuta untuk dimenangkan Kimaya.
"Santai saja, Shi, kami belum apa-apa," sahut Kimaya sambil terbahak. Dia lalu menuju meja dan duduk di depan Adian yang sudah menaruh dua mangkuk bakso di depannya.
"Makasih," kata Kimaya singkat. Adian mengamati gerak-gerik cewek itu yang makan dengan lahap sambil menambah ini itu seperti sambal dan kecap dengan sibuk.
"Kamu tidak makan?" Kimaya kaget ketika mangkuknya hampir kosong, bakso Adian masih utuh.
"Kalau-kalau kamu kurang," jawab Adian geli. Dia lihat Kimaya menggeleng dan beranjak berdiri. "Kamu mau ke mana?"
"Kembali ke kelas lah," Kimaya sendiri bingung dengan pertanyaan Adian.