Mohon tunggu...
Fauziah Kurniasari
Fauziah Kurniasari Mohon Tunggu... Penulis - Author/Health Humanities and Arts/Critical Theorist

Expanding new interest in Health and Medical Humanities, including its relevancy to Arts, Social Sciences, Anthropology, and Literature.

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Monggo Pinarak

30 Juni 2024   23:51 Diperbarui: 30 Juni 2024   23:57 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Ada napi pembunuhan yang mau bebas besok hari!" Tri menatap tajam wajah Asti. Sorot matanya dibuat-buat agar tampak seperti mereka sedang dalam bahaya.

Seorang pemuda lainnya, bernama Indra, sampai juga di ruang tamu rumah bu Sri itu. Duduk ia bersila di lantai mengikuti kawan-kawannya. Merasa geli dengan Tri yang berisik sangat, ia hanya tersenyum-senyum mendengar nada bicara kawannya yang dibuat-buat. Tepat ketika si kawan perempuan, Asti, hendak memberikan reaksi, seorang perempuan lainnya datang dari arah dalam rumah. Asti yang sudah memelototkan matanya lebar-lebar dan bersiap membuat reaksi yang tak kalah dibuat-buat menjadi urung melihat si ibu bayi yang datang membawa bakul nasi dan sepiring penuh tempe goreng. Hmm, harum benar!

"Heboh, banget lho, Mas Tri." Kata si wanita lantas meletakkan bawaannya sebelum menggendong si bayi yang sedang mencoba berguling.

"Eh, anu. Mbak Wulan. Mbak Wulan tahu napi pembunuhan yang mau bebas itu?" Tri memang tidak suka basa-basi. Baginya yang kuliah di jurusan Jurnalistik, segala informasi menarik sudah sepantasnya diulik lekas-lekas.

Wulan diam saja sambil menimang-nimang bayinya. Sambil tersenyum kecut ia mengelap-elap jidat si bayi yang tidak pula berkeringat rupanya.

Tak menjawab, Wulan masuk lagi ke dalam rumah bersama sang bayi meninggalkan ketiga muda-mudi itu. Masih ada sayur lodeh dan sambal terasi yang masih harus dibuatnya.

Indra, Tri, dan Asti, tiga mahasiswa dari Surabaya, yang sedang KKN di Desa Krasakan, Tulungagung. Seharusnya sih mereka berlima, namun dua lagi kawannya baru akan tiba esok lusa setelah pulang dari lomba di Jakarta.

"Anu, Napi apa sih, Tri? Pembunuhan apa?" Asti yang malas menguping orang-orang memang selalu terlambat dengar desas-desus seperti ini. Kalau ada bagi sembako pastilah ia kehabisan antrean.

"Katanya napi yang dipenjara karena bunuh mantan Kades di desa ini 15 tahun lalu, besok bebas. Makanya warga pada was-was." Kata Tri.

"Walah. Emang orangnya ngeri bener? Kenapa orang-orang pada was-was?" Ujar mahasiswi agribisnis tersebut. Digosok-gosokkan kedua telapak tangannya ke bajunya, membersihkan jejak-jejak ingus. Malas sekali mencuci tangan. Lalu, dicomotnya sepotong tempe goreng yang belum juga menarik kedua kawannya yang lain.

"Malas lah orang-orang berurusan sama dia." Indra ikut mengambil sepotong tempe goreng. "Pusing pula mau bagaimana kalau ketemu sama dia." Timpalnya dengan logat Medan khas bicaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun