Anjali tidak mengerri siapa yang mengejar. Tidak ada seorangpun! Ia kebingungan melihat keadaan sekitar.
Entah mengapa kedua matanya melihat suasana bak kehidupan foto jadul yang sangat redup dan tak ceria. Benar-benar kuno. Ia merasakannya. Jantungnya berdegup saat melihat dua pria bertubuh tinggi berlari melewati mereka.
Anjali tak kalah terkejut disaat memalingkan muka ke arah seorang pria yang menariknya secara paksa. Tampan, sangat rupawan sampai jantungnya berdegup merasakan kesenangan.
"Ada apa?" tanyanya.
"Kemari, ikuti aku." Dia mengajak Anjali ke suatu tempat. Tempat yang jauh dari ingatan.
Siapa pria itu? Anjali tidak bisa menjabarkannya namun dia terlihat tampan dan karenanya ia merasakan sesuatu rasa geli di ulu hati hingga otaknya berkedut.
Pria tinggi dengan kulit cokelat manis berjalan di depannya. Anjali tetap melihat area sekitar yang sangatlah asing namun tempatnya jelas tak asing. Suasanya terlalu asing menurut indera penglihatan dan perasaanya.
Sejak kapan Anjali berada di dalam aula pengap ini? Mereka telah duduk  di atas panggung teater yang berlampu kerlap kerlip. Pemuda pemudi terdengar di belakang Anjali. Mereka bernyanyi dan berdansa bersama diselingi canda tawa.
Anjali tersenyum tipis melihat pria itu. Pria di sampingnya memberikan kedua tangannya yang terkepal. Pria itu memainkan teka-teki. Manakah yang akan ia pilih dari salah satunya? Ia memilih tangan kiri pria itu.
"Tangkap!"
Apa maksudnya? Pria itu tersenyum geli. Dia secara mendadak meraup wajah Anjali dan mengecup pipinya tiga kali.Â