“Ah ketinggian, Nek.”
“Ya harus tinggi Gus.”
“Biayanya tinggi juga Nek?”
“Rezeki Allah yang mengatur Gus. Kebutuhan kita Dia yang mencukupi. Kamu butuhnya apa? Berdoalah! Semoga saja dikabulkan.”
“Kalau begitu, aku ingin jadi sarjana, Mak.”
“Bisa. Mulai sekarang belajarlah lebih giat lagi.”
“Baiklah, Mak.”
“Kata Guru Bakri, kalau belajar di kelas harus banyak bertanya kepada guru. Kalau guru bertanya harus dijawab. Jangan diam saja. Belajar itu harus berpikir kritis supaya ilmunya bisa diperoleh. Kamu di kelas bagaimana Gus?”
“Jangan ditanya Mak. Aku yang paling aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Pernah aku dimarahi teman-teman gara-gara kebanyakan bertanya.”
“Bagus kalau begitu, berarti kamu pintar. Aku mau kau sekolah yang tinggi, biar nanti jadi pegawai negeri, di masa tua punya pensiun. Enak, kayak almarhum Si Amsar. Tukang sapu dia, di Jakarta. Begitu pensiun, tiap bulan tinggal ambil gaji pensiun. Sekarang gajinya turun ke istrinya, Si Nemah.”
“Sekarang untuk jadi pegawai sulit Mak.”