Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Bisnis Kematian

20 Agustus 2020   14:59 Diperbarui: 20 Agustus 2020   15:11 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mustahal sangat serius dengan usahanya itu.Dia pergi untuk menemui seorang kenalannya, pedagang bunga di Rawabelong. Bila suatu saat ada yang memesan bunga dia tinggal telepon dan minta diantar. Namun diatidak bisa janji akan sering belanja bunga karena warga di kampungnya tidak begitu biasa menabur bunga di atas makam.

Waktu senggang banyak dimanfaatkannya menghafal doa-doa untuk berjaga-jaga kalau-kalau suatu saat diperlukan. Pengetahuannya tentang tatacara pengurusan jenazah pun di-up grade dengan cara belajar kembali kepada kiyai As'ad, guru ngajinya.

    

***

Sebuah taksi berhenti di depan rumahnya. Siapa gerangan yang datang? Seketika Mustahal senang begitu melihat putri sulungnya beserta dua anak dan suaminya. Mereka hendak berlibur. Hampir tiga tahun Marni tidak pulang. Mustahal segera meraih sang cucu dari gendongan ibunya. Istri Mustahal menyusul menyambut mereka dengan hangat. Marni mulai menunjukkan muka masam begitu tahu sang ayah berjualan barang-barang terkait kematian. Dia enggan bicara.

Setelah menahan-nahan akhirnya Mustahal bicara juga, "Apa yang membuatmu tak nyaman, Marni?"

"Bapak ini bagaimana sih, enggak banget gitu loh! Pokoknya besok kami pulang, tidak mau berlama-lama di sini. Malas!"

"Jangan buru-burulah. Di sinilah dulu barang seminggu. Kami masih kangen."

"Tidak. Kami sudah memesan tiket pesawat, mau pulang."

"Marni, bapak sudah pertimbangkan masak-masak. Inilah usaha yang terbaik untuk bapak laksanakan. Insya Allah ini bisa menjadi ladang amal."Bicara Mustahal tenang dan merendah.

"Tidak mesti dengan cara itu, Pak. Kalau Bapak mau bersedekah berikan saja uangnya kepada yang berhak. Beres."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun