Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Iming-iming

17 April 2018   21:33 Diperbarui: 17 April 2018   22:10 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih berharap mobil yang akan diperolehnya nanti bisa berpindah ke tanganku. Pikirku, kami harus berjaga-jaga dengan menyiapkan sejumlah duit untuk membayar pajak hadiah mobilnya, siapa tahu ada keajaiban. Setidaknya, aku bisa membeli mobil dengan harga separuh dari harga normal.

Sebelum sarapan biskuit, iseng, kogosok penutup kode uniknya pada stiker tempelnya. Muncullah kode unik 301A37. Aku tak tertarik dengan hadiah ratusan juta yang meragukan itu.  Mobil yang akan diperoleh Bang Jimat lebih menggiurkan. Aku akan berjuang mati-matian mencari pinjaman duit demi mendapatkan mobil bagus itu.

Hari-hari kami, siang dan malam, tak luput dari membicarakan mobil yang akan diperoleh Bang Jimat. Kata istriku, tampang seperti Bang Jimat tidak pantas punya mobil bagus. Pantasnya dia punya odong-odong. Kukira juga itu tidak berlebihan. Dia itu berurat susah. Buktinya, saudaranya orang berpunya, cuma dia yang jauh dari kata kaya.

Kata orang, dia terlalu jujur, polos. Padahal peluang untuk mengambil keuntungan selalu terbuka di tempat pekerjaannya yang terbilang tempat basah.   Tapi menurutku dia tetap sombong, mentang-mentang saudara-saudaranya kaya.  

**

Sepulang kerja aku terbelalak begitu membuka Quran duitku dua juta rupiah tidak ada. Sampai berkali-kali kubolak-balik halaman demi halaman. Tidak ada. Kutanya istriku barangkali dia mengambilnya. Ternyata tidak. Surti, anakku, juga tidak. Rencanaku duit itu akan dibelanjakan bahan bangunan untuk merenovasi dapur. 

Sengaja aku menyimpannya di Quran agar tidak dicuri tuyul. Belakangan beredar kabar bahwa warga di kampung tetangga banyak yang kehilangan duit karena dicuri makhluk yang konon menjijikan itu. "Berani-beraninya tuyul masuk ke lipatan Quran, apa tidak kepanasan?" Dalam hati aku terheran-heran.  

Anak pertamaku tampak senyum-senyum sendiri padahal dia tidak sedang bermain HP seperti biasanya. Entah apa yang menyebabkannya. Selanjutnya kuabaikan dia. Menyusul istriku tiba. Dia baru saja dari warung.

"Kabar gembira. Kabar gembira, Mas." Wajah istriku tampak ceria.

"Ada kabar apa? Mobil Bang Jimat sudah datang? Bisa kita bayari setengah harga atau tidak?"

"Bukan. Dapat mobilnya tidak jadi. Gagal, Mas. Dia tertipu. Ternyata itu penipuan, Mas. Penipuan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun