Pada bagian bawah kiri ada juga tulisan: Promo tanpa biaya. Hati-hati penipuan! Namun ternyata tempelan. Aku berhasil mencopotnya. Aku tak yakin itu bawaan dari pabrik. Siapa pun bisa menempelnya, bisa pula ditempelkan pada kemasan produk apa saja. Selanjutnya kuabaikan.
"Jangan terlalu berharap, Dik. Tapi seandainya itu benar, syukurlah." Aku tak tega mengakhiri kegembiraannya.
"Berdoa dong Mas! Semoga saja benar. Boleh dong kita jadi milyarder." Istriku sangat berharap.
"Ya, aku berdoa. Sudah dicek ke website-nya?"
"Belum. Kuota internetku habis."
"Sama."
Istriku segera ke warnet, naik sepeda motor. Hampir setengah jam dia baru kembali. Mukanya cemberut. Walhasil, gagal. Katanya, di internet muncul tulisan bahwa kode unik dan nomor ponsel tidak ditemukan.
Pada lain kesempatan sekadar untuk memastikan aku buka website-nya. Benar ada iklannya. Sepertinya cukup meyakinkan. "Siapa tahu benar!" Iklan itu seolah menggodaku. Kucari alamat perusahaannya. Kikirim permintaan klarifikasi melalui alamat email-nya, tapi tak pernah ada balasan.   Â
**
Pagi-pagi sebelum berangkat kerja aku menyempatkan diri membeli biskuit dengan kemasan yang sama di warung sebelah rumah Bang Jimat. Â Kebetulan dia sedang menyemir sepatunya di beranda.
"Bagaimana Bang hadiahnya sudah sampai mana?"