"Hah, jangan percaya!"
Rasanya tipis kemungkinan harapan kami bisa terkabul. Yang aku tahu, kedua saudara Bang Jimat pernah datang dengan mobil bagus di parkir dekat mulut gang. Artinya mereka orang berpunya. Sejujurnya kami tak rela jika tetangga kami itu benar-benar mendapat hadiah mobil baru. Sepanjang malam obrolan kami masih seputar mobil yang akan menjadi miliknya.
"Mudah-mudahan, penipuan." Aku berharap.
"Penipuan bagaimana. Suratnya asli, aku melihat sendiri ada cap perusahaan dan tanda tangan direkturnya kok."
Gendang telingaku bisa robek nanti, gara-gara bunyi klaksonnya yang sengaja dimain-mainkan sekadar pamer dan bangga-banggaan. Gara-gara dia akan mendapat hadiah mobil baru, tidurku jadi terganggu. Obrolan kami tentang mobil mahal itu hampir tak ada habisnya. Paginya, istriku meriang. Kukira, bukan saja akibat begadang, stres juga dia akibat tetangga akan mendapat hadiah mobil baru. Terlalu.
**
Setangkup kopi hitam baru tiga kali aku seruput. Satu pak biskuit bermerek Romeo dengan kemasan plastik merah tinggal beberapa keping. Sebelumnya kami juga yang memakannya. Aku makan beberapa keping dengan mencelupkannya ke kopi lebih dulu. Nikmat! Kusisakan sebagian untuk istriku. Plastik kemasan biskuit itu sekejap berpindah ke tangan istriku. Sesaat dia tergopoh-gopoh.
"Ada apa?" Aku heran.
"Baca, rezeki milyaran!" Dia memekik.
"O ya?"
"Dengarkan Mas, aku bacakan: Menangkan hadiah ratusan juta. Keluarkan biskuit dan gosok kode unik di bawah,.."