"Kalau begitu kita harus melakukannya dengan tiba-tiba, cepat dan serentak. Jangan memberi peluang mereka melakukan perlawanan," ujar Ukkasyah.
Malam bergulir semakin mendekati puncak. Angin semakin keras menggoyang pepohonan kurma. Daun-daunnya bergoyang tak beraturan, seolah mengerti sebentar lagi akan ada pertempuran.
Abdullah bin jahsy hendak berbicara ketika tiba-tiba Abu Hudzaifah datang dengan tergopoh-gopoh.
"Bagaimana, Abu Hudzaifah. Apakah kau melihat mereka?" tanya Abdullah bin Jahsy.
Abu Hudzaifah tidak menjawab. Dia hanya mengangkat tangan kanannya, meminta waktu untuk mengatur napasnya yang tersengal. Keringat terlihat mengucur di kedua pipinya, tanda Abu Hudzaifah telah berlari jauh.
"Mereka sedang berjalan ke arah sini. Kira-kira setengah jam lagi mereka akan lewat." Setelah napasnya mereda Abu Hudzaifah memberikan informasinya.
"Setengah jam lagi?" Ukkasyah bin Mihshan kaget.
     Â
"Bagaimana, ya Abdullah. Apa keputusanmu? Apakah kita menyerang mereka?" tanya Khalid bin al-Bukair.
Abdullah bin Jahsy merasakan permukaan wajahnya menebal. Keputusan harus segera diambil. Kemudian, "Baik! kita lakukan serangan secara mendadak. Secepat mungkin kita harus bisa melumpuhkan mereka. Sekarang semua bersiap."
Sesaat semuanya akan bergerak, tiba-tiba Waqid bin Abdullah berbicara, "Tunggu! Ada hal penting yang harus aku peringatkan."