"Sebagaimana pesan Rasulullah yang sudah kalian dengar, di sinilah kita harus mencegat kafilah dagang Quraisy." Abdullah bin Jahsy memulai pembicaraan setelah sebelumnya mengedarkan pandangan ke semua sahabatnya. "Kita harus menyusun strategi agar misi kita ini berhasil."
"Dalam suratnya Rasulullah memerintahkan kita untuk mencegat. Apakah itu berarti kita harus menyerang mereka?" Ukkasyah bin Mishan menanggapi.
Abdullah bin Jahsy tidak segera menjawab. Sambil mengelus janggutnya dia terlihat sedang berpikir. Setelah beberapa jenak, "Itulah, saya membutuhkan pendapat kalian dalam menerjemahkan instruksi Rasulullah tersebut."
"Saya kira tidak mungkin kita hanya mencegat, tentu yang dimaksudkan Rasulullah adalah kita merebut barang bawaan mereka. Sebagaimana misi-misi yang dilakukan pasukan sariyyah sebelum kita." Waqid bin Abdullah mengemukakan pendapatnya.
"Maksudmu kita harus menyerang mereka?" tanya Rabiah bin Amir.
"Tentu saja. Untuk merebut barang bawaan mereka, kita tidak cukup hanya dengan mencegat mereka. Apalagi kalau kemudian mereka melakukan perlawanan. Tentu kita harus siap menyerang mereka," tegas Waqid bin Abdullah.
"Bagaimana, ada pendapat yang lain?" tanya Abdullah bin Jahsy kembali mengelus jenggot.
"Aku setuju pendapat Waqid. Seperti pasukan-pasukan sebelum kita, termasuk pasukan yang dipimpin oleh Rasulullah sendiri, juga melakukan penyerangan pada kafilah Quraisy," ujar Ukkasyah bin Mihshan.
"Betul! Tapi kita tetap harus memperhitungkan. Kekuatan kita cuma sepuluh orang, setelah Sa'ad dan Utbah tidak ikut," papar Khalid bin al-Bukair.
Suasana memanas semakin menyelimuti mereka. Tensi ketegangan pun bertambah. Perhitungan harus segera dilakukan supaya misi berhasil dengan kondisi pasukan yang minimal.
"Insya Allah, dengan semangat jihad yang kita miliki, kekuatan lawan sebesar apa pun, akan kita hadapi. Namun, betul kata Khalid, kita harus membuat perhitungan tepat. Bagaimana dengan pasukan yang sedikit ini kita berhasil merebut barang bawaan mereka." Abdullah bin Jahsy memperkuat argumen Khalid bin al-Bukair.