Kesal tidak menemukan suaminya, kemarahannya pun dilampiaskan ke bu Nni. Adu mulut pun terjadi. Beruntung tidak saling jambak rambut.
Beberapa menit menyaksikan peperangan yang tak terhindarkan itu, saya pun angkat bicara.
"Maaf, Bu Nni. Kalau ibu tadi mengaku sudah dinikahi pak Ddy. Tolong perlihatkan buku nikahnya!"
"Belum ke KUA, Pak RT. Baru nikah siri."
"Kalau begitu, tolong, Bu. Saya minta nomor suami ibu," kata saya ke si Ibu.
Setelah mendapat nomornya, saya langsung menelepon. "Halo, ini betul dengan bapak Ddy?"
"Iya betul, dengan siapa ya?"
"Saya, Urip. Ketua RT Perum Griya S. Ini saya sedang bersama istri bapak di rumah bu Nni. Saya mau nanya, betul bapak sudah menikah dengan bu Nni?"
Yang ditelepon tidak segera menjawab. Mungkin kaget, dan tidak menyangka ada pertemuan mendadak dua istrinya.
Beberapa jenak kemudian, "Iya, sudah. Saya menikah dengan Nni."
"Begini saja, Pak! Saya tidak ingin ada keributan di komplek ini. Untuk itu, tolong saya minta dokumen, bukti bapak sudah menikah dengan ibu Nni. Kalau tidak ada bukti, saya akan meminta Satpam komplek untuk melarang bapak masuk ke komplek ini."