Mohon tunggu...
fairuz
fairuz Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Siswa biasa yang ingin menulis lebih jauh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Biodiesel dari Biji Kapuk Randu oleh: Dewi Indriana (085331081060) Siswa Sman 1 Srengat

28 Agustus 2024   19:16 Diperbarui: 28 Agustus 2024   19:22 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BIODIESEL  

DARI BIJI KAPUK RANDU (Ceiba pentandra L.)

Disusun oleh :

DEWI INDRIANA (085331081060)

SMA NEGERI 1 SRENGAT

 KABUPATEN BLITAR

2023

BIODIESEL DARI BIJI KAPUK RANDU

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia setelah Republik Kongo dan Brazil. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar di benua Asia (LHK, 2021). Menurut KLHK (2021), Indonesia juga negara paling banyak dalam menyimpan karbon karena jumlah tutupan lahan yang sangat besar dan pohon yang sangat banyak. Maka dari itu, Indonesia disebut sebagai paru-paru dunia.

Indonesia memiliki begitu banyak jenis tanaman besar yang tumbuh di hutan hujan tropis, salah satunya adalah pohon kapuk randu (Ceiba pentandra L.). Presentase jumlah produksi kapuk pada pohon ini cukup banyak di Indonesia sekitar 80% sebelum perang dunia pertama dan 60% nya berasal dari Pulau Jawa (Pratiwi:2014). Berdasarkan IUCN Red List of Threatened Species (2010) pohon kapuk randu termasuk tanaman yang diperkirakan jarang mengalami kepunahan karena memiliki cara perkembangbiakan yang cukup baik. Hal itu dibuktikan banyaknya populasi pohon kapuk randu di pulau Jawa, khususnya di Kabupaten

Blitar.

Pohon kapuk randu memiliki banyak kegunaan dan manfaat bagi kehidupan kita. Salah satu kegunaan pohon kapuk randu adalah sebagai pengisi bantal, guling, bahkan kasur. Bagian pohon kapuk randu yang digunakan untuk pengisi bantal hanyalah serat kapas pohon kapuk randu. Jika bijinya akan dibuang karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Biji kapuk randu yang dibuang dapat menambah banyaknya limbah rumah tangga, dan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Dengan diolahnya biji kapuk randu dapat mengurangi limbah rumah tangga dan mengurangi polusi udara akibat pengolahan BBM.

Produksi BBM yang berlebihan juga dapat menyebabkan krisis minyak bumi. Seperti yang diketahui minyak bumi adalah salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, jika dapat diperbarui kita harus menunggu ratusan tahun bahkan puluhan ribu tahun untuk mendapatkan minyak bumi. Menurut data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi dan kondesit sekitar 2.245,18 juta stok barel pada 2021. Menurut Menteri ESDM Arifin Tasrif minyak bumi tersebut hanya dapat digunakan 9-10 tahun yang akan mendatang jika dilihat dari keperluan minyak bumi untuk penggunaan BBM pada saat ini. Maka dari itu, untuk menghindari adanya krisis minyak bumi kita harus membuat alternatif minyak pengganti BBM yang terbuat dari minyak nabati biji kapuk randu.

Alternatif itu adalah biodiesel pengganti solar yang terbuat dari minyak yang dihasilkan oleh biji kapuk randu. Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat dari bahan nabati yang digunakan untuk pengganti diesel atau solar yang berupa ester metil asam lemak dari minyak nabati. Biji kapuk randu dapat diolah menjadi minyak biodiesel pengganti solar (Dyah, Anita dalam Setyawati, et al:2009). Minyak dari biji kapuk randu ini sangat layak untuk menjadi pengganti minyak bumi karena budidaya dari kapuk randu sederhana, dan waktu panennya terbilang singkat sekitar 4-5 bulan sekali panen.

Penyusun utama minyak pada biji kapuk randu adalah trigliserida. Setiap gelondong buah kapuk randu mengandung 26% biji, sehingga 100 kg kapas randu dapat menghasilkan 26 kg limbah biji kapuk randu. Minyak biji kapuk dapat mengandung asam lemak jenuh sekitar 20%, dan sekitar 71,95% lemak tidak jenuh lebih tinggi dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh kelapa (Susanto, Joko et al dalam Heny De-wajani, 2008:102). Hal inilah yang menyebabkan minyak biji kapuk randu lebih mudah untuk tengik. Sehingga minyak ini tidak bisa dijadikan sebagai minyak makanan. Maka dari itu, minyak ini cocok untuk dibuat biodiesel. Tetapi banyak peneliti yang mengatakan bahwa minyak nabati memiliki viskositas yang sangat tinggi, sehingga dapat merusak mesin (Afrizal, Tegar dalam Hidayat:2015).

Viskositas disebut juga sebagai kekentalan adalah tingkat suatu ketahanan suatu fluida terhadap tegangan yang diterimanya (Nurhakim, Ahmad: 2023). Menurut Wikipedia (2022) menyatakan bahwa viskositas adalah sebuah ukuran penolakan fluid terhadap perubahan bentuk di bawah tekanan shear. Viskositas ini menggambarkan sebuah penolakan dalam fluid kepada aliran dan dapat digunakan untuk mengukur gesekan pada fluid. Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak nabati memiliki viskositas yang sangat tinggi. Viskositas pada minyak nabati terbilang sangat tinggi sekitar 10-20 kali minyak solar, dan tingginya viskositas minyak nabati dapat menyebabkan pembakaran tidak sempurna pada mesin, dan menimbulkan kerak pada ruang pembakaran (Afrizal, Tegar Oktianto: 2015). Agar minyak nabati ini dapat digunakan sebagai pengganti solar, maka viskositas dari minyak nabati harus diturunkan sampai mendekati viskositas solar.

Reaksi transesterifikasi dari lemak atau minyak dapat dilakukan untuk menurunkan viskositas minyak nabati sehingga dihasilkan etil ester asam lemak. Transesterifikasi ini dapat mengurangi viskositas dari minyak nabati sampai 85% (Afrizal, Tegar Oktianto dalam Hidayat 2015). Reaksi transesterifikasi minyak nabati ini dapat dilakukan dengan mereaksikan minyak yang merupakan trigliserida dengan alkohol (metanol/etanol) dengan asam atau basa, sehingga dihasilkan alkil ester asam lemak dan hasil samping gliserol (hasil dari pembuatan biodiesel). Dalam proses ini juga dibutuhkan bantuan dari katalis KOH dengan variabel etanol yang telah ditentukan dengan waktu yang telah ditentukan. Pada proses produksi ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas methil ester yang akan dihasilkan yaitu, rasio molar katalis, rasio molar metanol dengan minyak, kadar asam lemak bebas, waktu, temperatur, dan kecepatan dalam pengadukan.

Biodiesel ini diproses juga menggunakan bantuan katalis homogen seperti NaOH dan KOH. Tetapi, pada proses ini penggunaan katalis homogen akan mengalami kesulitan karena sulitnya untuk memisahkan antara produk tersebut. Hal ini karena sensitif terhadap asam lemak bebas dan air yang terkandung dalam minyak. Sisa katalis basa homogen yang dihasilkan dapat mengganggu pengolahan lanjut biodiesel dibandingkan dengan katalis fase heterogen, sehingga penggunaan katalis lempung dapat menjadi sebuah solusi untuk mengatasinya (Nurlis, et al dalam Agustin: 2007). Lempung sering dianggap sebagai bahan yang tidak berguna dan tidak dapat memiliki nilai ekonomi jika dijual. Padahal lempung jika diolah akan memiliki nilai yang ekonomi seperti contohnya untuk bahan bantu (katalis) dalam mengurangi viskositas dari minyak nabati, sehingga viskositas minyak nabati dapat setara dengan solar (Nurlis, et al dalam Sahara: 2011). Jika viskositas tersebut telah sesuai dengan solar akan digunakan untuk pengganti solar yaitu biodiesel.

Menurut DAS (1988) tanah lempung adalah tanah yang terdiri dari partikelpartikel tertentu yang menghasilkan sifat plastis jika dalam kondisi basah. Sifat plastis sendiri adalah suatu keadaan tidak dapat kembali kebentuk semula setelah gaya luar yang diberikan pada benda tersebut telah dihilangkan. Tanah lempung juga merupakan katalis heterogen yang memiliki fasa berbeda dengan reaktan. Keuntungan dari penggunaan katalis heterogen ini adalah selektivitas produk dapat ditingkatkan karena adanya pori-pori di permukaan katalis, bisa dimodifikasi dengan distribusi logam dan mudah dipisahkan dari produk (Nurlis, et al dalam Kusmiati: 2015).

Menurut bahan dan alat yang digunakan untuk proses perubahan biji kapuk randu menjadi biodiesel sebagai pengganti solar adalah lempung alami, minyak kapuk, aquades, H2C2O4, KOH, H2SO4, NaOH, H3PO4, indikator PP, dan metanol. Sedangkan, alat yang digunakan adalah ayakan 100 dan 200 mesh, satu set motor pengaduk, oven, heating mantle, labu leher tiga, timbangan analitik, kertas saring, magnetic strirrer, reaktor alas datar, hot plate, termometer, condenser, alat titrasi, erlenmeyer, corong pisah, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, piknometer, statif, klem dan viscometer Ostwald.

Biji kapuk tadi diekstrak menggunakan pelarut N-heksana dengan cara sokletasi (suatu cara pemisahan dengan cara ekstraksi berulang-ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen dapat terisolasi dengan sempurna) untuk mendapatkan minyaknya. Berikut adalah gambar dari proses sokletasi:

Gambar 1. Proses sokletasi

 https://bit.ly/4g4nS0Q

Keterangan :

1.Kondensor

2.Timbal

3.Pipa F

4.Sifon

5.Labu Alas Bulat

6.Hot Plate

Sumber: akbarcules46.blogspot.com

Pada proses sokletasi tersebut menggunakan sebuah cairan yaitu alkohol yang digunakan untuk menjadi penguap dalam proses sokletasi. Alkohol digunakan untuk menjadi penguap karena alkohol lebih mudah dan lebih cepat dalam proses peguapan. Ekstraksi ini dilakukan secara berurutan pelarut-pelarut organik dengan kepolaran yang semakin meningkat. Mulai dari pelarut heksana, eter lalu dilanjutkan dengan alkohol untuk memisahkan senyawa-senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini sering kali tidak menghasilkan pemisahan sempurna dari senyawa yang diekstraksikan. Tetapi, dibandingkan dengan cara dulu yaitu destilasi maka cara ini jauh lebih efektif dan efisien (Akbar: 2012).

Gambar 2. Diagram alir prosedur transesterifikasi

 https://bit.ly/476iZ3h

Sumber: Mirzayanti, Yustia Wulandari, et al (2022)

Menurut Sijabat, Genardus Oktavri, et al (2017) penelitian biodiesel dari biji kapuk randu dengan bantuan katalis lempung memiliki beberapa proses (tahapan) dalam pengerjaannya yaitu,

1.Proses Pembuatan Katalis

Lempung ditumbuk dan diayak dengan ukuran -100+200 mesh dengan ketentuan partikel yang lolos pada mesh -100 dan tertahan pada mesh +200 yang akan diambil untuk pembuatan katalis lempung. Selanjutnya, akan dilakukan aktivasi lempung. Pada 100 gram lempung akan dilakukan pemanasan pada suhu 105C sampai didapatkan berat lempung konstan, kemudian lempung akan ditambahkan dengan 400 ml larutan H2SO4. Campuran tersebut diaduk selama 3 jam pada suhu 60C, lalu didinginkan dan disaring melalui pompa vakum. Selanjutnya sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105C setelah dikeringkan dalam oven lalu didinginkan pada ruang terbuka, dilanjutkan dengan kalsinasi dengan suhu 300C selama 3 jam. Selanjutnya lempung di dinginkan dalam desikator dan siap untuk dikarakterisasi.

Aktivasi secara basa sendiri kita perlu memanaskan 100 gram lempung pada suhu 105C sampai diperoleh berat lempung konstan. Lalu lempung ditambahkan dengan larutan NaOH sebanyak 400 ml yang diencerkan dari larutan NaOH 18 M. campuran tersebut diaduk selama 3 jam dengan suhu 60C, kemudian disaring dengan menggunakan pompa vakum. Selanjutnya sampel dapat dikeringkan pada oven dengan suhu 105C setelah dikeringkan dalam oven lalu didinginkan pada ruang terbuka. Dilanjutkan pada proses kalsinasi dengan suhu 300C selama 3 jam. Selanjutnya lempung didinginkan dalam desikator dan siap untuk dikarakterisasi (Nurlis, et al dalam Laili, dkk: 2014). Jika sudah akan diuji adsorpsi dan keasaman katalis, struktur kristal katalis menggunakan XRD (X - Ray Diffraction) dan gugus fungsi katalis menggunakan FTIR (Fourier Transfrom Infra Red).

2.Proses Degumming

Sebelum melakukan proses esterifikasi dan transesterifikasi, minyak tersebut terlebih dahulu akan diuji / dianalisa sifat fisikanya. Setelah itu akan dilakukan degumming yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran dalam minyak (Sijabat, Genardus Oktavri, et al dalam Ketaren: 1986). Minyak akan ditimbang kemudian akan dipanaskan hingga mencapai suhu 80C sambal diaduk menggunakan magnetic strirrer. Setelah itu, ditambahkan dengan asam phospat sebanyak 0,3% dari berat minyak. Suhu minyak harus tetap dipertahankan selama 15 menit sambil diaduk, selanjutnya minyak dimasukkan dalam corong pisah untuk memisahkan antara minyak dan pengotor yang masih mengendap. Setelah itu akan dilakukan penyaringan minyak kembali menggunakan kertas saring. Minyak hasil penyaringan akan kembali dianalisa sifat fisikanya untuk mengetahui karakteristiknya kembali yang meliputi densitas, viskositas, kadar air, kadar ALB, dan perubahan warna yang terjadi. Hasil dari proses degumming yaitu:

Proses degumming ini bertujuan untuk mengurangi kotoran dalam minyak kapuk seperti fosfolipid, serat yang terbawa saat proses ekstraksi minyak dan kotoran lainnya. Degumming dilakukan dengan memanaskan minyak biji kapuk sampai suhu 80C, kemudian ditambahkan asam phospat sebanyak 0,3% dari banyaknya minyak kapuk sambal diaduk selama 15 menit.

Pemilihan degumming dengan asam phospat agar terjadi proses koagulasi dan flokulasi sehingga partikel kotoran dapat mengendap karena adanya tumbukkan antar flok yang terjadi dengan bantuan pengaduk. Minyak kapuk yang telah melewati proses degumming ditentukan karakteristiknya meliputi densitas, viskositas, kadar air, kadar asam lemak bebas, dan warna dari minyak kapuk randu dari hasil proses degumming. Karakteristik minyak kapuk sebelum dan sesudah proses degumming dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Karakteristik minyak kapuk sebelum dan sesudah degumming

https://bit.ly/3z4qmLK

3.Proses Esterifikasi

Proses esterifikasi ini dilakukan karena minyak biji kapuk memiliki kadar ALB lebih besar dari 2%. Minyak yang telah dihasilkan dari proses degumming akan ditimbang sebanyak 100 gr dan di masukkan dalam reaktor esterifikasi. Proses akan dijalankan dan ditempatkan pada pemanas untuk menjaga suhu reaksi yaitu 60C. setelah suhu telah mencapai ketentuan, metanol yang telah diukur dengan perbandingan rasio mol minyak:metanol yaitu 1:12 dan katalis H2SO4 sebanyak 1% - b ditambahkan ke dalam reaktor. Setelah reaksi berlangsung selama 60 menit akan dilanjutkan ke proses transesterifikasi.

Hasil dari proses esterifikasi yaitu:

Bila bahan baku yang digunakan adalah minyak mentah yang mengandung asam lemak bebas tinggi (lebih dari 2%) dan kadar airnya lebih dari 1% maka perlu dilakukan proses praesterifikasi. Apabila proses transesterifikasi dilakukan dengan minyak yang memiliki kadar air tinggi dan ALB yang tinggi, dikhawatirkan akan merusak kualitas biodiesel yang dihasilkan. Menurut tabel dapat diamati bahwa kadar ALB setelah degumming menurun. pada proses esterifikasi digunakan katalis asam. Setelah melakukan tahap reaksi esterifikasi, kadar ALB minyak kapuk menurun dari 18,31% menjadi 1,11%, sedangkan kadar air menurun dari 6,9% menjadi 0,15%. Hasil ini memenuhi syarat untuk melanjutkan pada tahap transesterifikasi.

4.Proses Transesterifikasi

Proses transesterifikasi dilakukan untuk menghasilkan biodiesel dengan mengkonversikan trigliserida yang ada pada minyak biji kapuk. Lalu produk esterifikasi akan dimasukkan ke dalam reaktor transesterifikasi dan dipanaskan dalam suhu 60C. Setelah suhu reaksi tercapai katalis lempung teraktivasi asam 0,47% dan metanol yang telah diukur dengan perbandingan rasio mol reaktan 1:9 ditambahkan ke dalam reaktor, berat katalis lempung dengan asam dan basa 1%-b minyak. Setelah reaksi berlangsung selama 60 menit, produk dari transesterifikasi akan dikeringkan dan disaring menggunakan kertas saring whatman. Endapan berupa katalis akan dipisahkan dengan filtratnya. Filtrat tersebut akan dilanjutkan ke dalam proses pemisahan dan pemurnian biodiesel. Prosedur yang sama diulangi untuk variasi waktu 1,5 jam dan 2 jam, dan variasi aktivasi asam 0,62%, 0,78%, dan basa 0,33%, 0,44%, dan 0,66%. Biodiesel yang telah dimurnikan akan dianalisa sifat fisika, dan sifat kimianya. Katalis yang telah dipisahkan akan dilakukan proses recycle dan regenerasi katalis. Setelah dilakukan proses regenerasi katalis maka akan diuji sifat keasaman dan adopsi katalisnya.

5.Proses Pemisahan dan Pemurnian

Fitrat yang telah dipisahkan dari katalis akan dimasukkan ke dalam corong pisah dan didiamkan selama enam jam. Nantinya pemisahan ini akan menghasilkan dua lapisan yaitu, lapisan atas yang berupa crude biodiesel, dan lapisan bawah yang berupa gliserol dari pemisahan lapisan atas dan lapisan bawah. Crude biodiesel kemudian akan dimurnikan dengan cara dicuci dengan cairan aquades yang telah dipanaskan pada suhu 60C. Kemudian biodiesel akan dipanaskan pada hot plate dengan suhu 105C selama 60 menit untuk menguapkan metanol sisa reaksi dan air.

6.Proses Recycle dan Regenerasi Katalis

Katalis yang dihasilkan pada proses transesterifikasi, akan digunakan kembali dan dilakukan proses regenerasi katalis pada proses transesterifikasi.

Berikut adalah langkah -- langkah dalam proses recycle:

a.Pemisahan katalis yang akan dilakukan dengan menggunakan kertas saring.

b.Katalis direndam menggunakan metanol selama 2 jam.

c.Katalis dikeringkan dengan suhu 110C selama 24 jam. Berikut adalah langkah -- langkah dalam proses regenerasi katalis:

a.Pemisahan katalis yang akan dilakukan dengan menggunakan kertas saring.

b.Katalis direndam mengkatalis diregenerasi gunakan metanol selama 2 jam.

c.Katalis dikeringkan dengan suhu 110C selama 24 jam.

d.Katalis diregenerasi dengan dikalsinasi Kembali pada suhu 300C selama 3 jam.

Yield Biodiesel

Yield biodiesel diukur menggunakan cara seperti berikut (Sijabat, et al, dalam Hoo, dkk: 2014):

Gambar 3. Yield biodiesel

https://bit.ly/4dHP97q

Gambar 4. https://bit.ly/4dHP97q

Kesimpulan dari penelitian diatas adalah biodiesel dari biji kapuk randu (Ceiba pentandra L.) sudah sesuai dengan SNI 7182 : 2015. Dari penelitian ini dibuktikan bahwa biji kapuk randu memiliki nilai ekonomis, dan dapat ikut mengurangi polusi udara akibat produksi BBM. Dengan dikeluarkannya biodiesel dari biji kapuk randu ini juga dapat mengurangi penggunaan solar, sehingga dapat mencegah adanya krisis minyak bumi di Indonesia.

   

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal , T. O. (2015). Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu Ceiba Pentandra. 

Akbar. (2012, Juni Jumat). Instrumen Soklet. Retrieved from 

akbarcules46.blogspot.com: http://akbarcules46.blogspot.com/2012/06/vbehaviorurldefaultvmlo.html, diakses pada 29 Juni 2023 pukul 15.14. 

Arifin, T. (2023, Juni Selasa). Sisa Cadangan Minyak RI Tak Sampai 10 Tahun, Ini 

 Rencana Menteri ESDM. Retrieved from bisnis.tempo.co: 

https://bisnis.tempo.co/read/1689981/sisa-cadangan-minyak-ri-tak-sampai-

10-tahun-ini-rencana-menteri-esdm, diakses pada 29 Juni 2023 pukul 06.30. 

Kementerian, ESDM. (2021, Februari). Sebaran Cadangan Minyak Bumi dan Kondensat Terbukti di Wilayah Indonesia. Retrieved from databoks.katadata.co.id: 

https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=& ved=0CAIQw7AJahcKEwj47bOJuuH_AhUAAAAAHQAAAAAQAw&u rl=https%3A%2F%2Fdataboks.katadata.co.id%2Fdatapublish%2F2023%2 F02%2F24%2Fjawa-timur-punya-cadangan-minyak-bumi-terbesar-diindonesia&psig=AOvV, diakses pada 28 Juni 2023 pukul 00.45. 

Joko, S., & Siswani, E. D. (2019). Variasi Suhu dan Waktu Transesterifikasi Pada 

Sintesis Biodiesel Dari Biji Kapuk Randu Dengan Katalisator NaOH Dan Rasio (Minyak/ Metanol) : 15/1. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. 

LHK, W. M. (2021, November). Tiga Negara Pemilik Hutan Hujan Tropis Terbesar di Dunia Jalin Kerja Sama Trilateral. Retrieved from menlhk.go.id: https://www.menlhk.go.id/site/single_post/4523/tiganegara-pemilik-hutan-tropis-terbesar-di-dunia-jalin-kerja-sama-trilateral, diakses pada 27 Juni 2023 pukul 09.54. 

Mirzayanti, Y. W, et al. (2022). Konservasi Minyak Biji Kapuk Menjadi Biodiesel Menggunakan Katalis CaO/HTC. Rekayasa Mesin. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jurusan Teknik Kimia. 

Nurhakim, A. (2023, Mei). Pengertian Viskositas. Retrieved from quipper.com: 

https://www.quipper.com/id/blog/mapel/fisika/viskositas/, diakses pada 27 Juni 2023 pukul 18.45. 

Nurlis, et al. (2017). Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji Kapuk (Ceiba pentandra) Dengan Katalis Lempung Teraktivasi; Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Yield Biodiesel. Fakultas Teknik. Universitas Riau. 

Pratiwi, R. H. (2014). Potensi Kapuk Randu (Ceiba pentandra gaertn.) Dalam Penyediaan Obat Herbal. Jurnal WIDYA Kesehatan dan Lingkungan. 

Sijabat, G. O, et al. (2017). Pembuatan Biodiesel Dari MInyak Kapuk Menggunakan Katalis Lempung : Studi Regenerasi Katalis Dalam Proses Produksi . Jurusan Teknik Kimia. Universitas Riau. 

IUCN. (2010). Pohon Randu. Retrieved from RimbaKita.com: https://rimbakita.com/pohon-randu/, diakses pada 28 Juni 2023 pukul 

20.30. 

Susanto, J. e. (2016). Sintesis Biodiesel Dari Minyak Biji Kapuk Randu Dengan Variasi Suhu Pada Reaksi Transesterifikasi Dengan Menggunakan Katalisator NaOH Dan Rasio Minyak/Metanol 15/1. 

Wesnawati, A. C., & Atmaja, K. A. (2019). Biodiesel dan Energi Terbarukan. Sains Masa Depan. Universitas Pendidikan Ganesha. 

Wikipedia. (2022, Desember). Koefisien Kekentalan Cairan. Retrieved from wikipedia.org: https://id.wikipedia.org/wiki/Kekentalan, diakses pada 29 Juni 2023 pukul 00.05. 

                       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun