"Betul bu, kelas kami kelas terakhir dengan nilai-nilai paling rendah" Toni berdiri
Kelas kembali riuh. Diantara mereka banyak yang mengangguk.
"No, you have the ability! Kalian cerdas. Kalian semua bisa. Karena saya yakin kalian punya kecerdasan dalam hal berbeda" Mata jerih bu Tari memandang seluruh wajah di kelas ini, mencoba menanamkan sebuah harapan.
"Kita cerdas bu? Cerdas dari mana? Ulangan kami selalu dibawah lima" suara Esti dari bangku ke tiga.
"Percayalah, Tuhan tak pernah menciptakan produk yang gagal. Dan kalian punya kemampuan. Mari buktikan!" Suara bu Tari lantang, penuh percaya diri
"Yang pertama, kenapa saya tidak duduk di kursi guru? Karena saya tahu di atas kursi itu ada banyak lem. Dan jika saya duduk diatasnya, yang saya dapati kalian akan tertawa bahagia. Betul?. Itu kecerdasan saya, bisa membaca pikiran kalian" Bu Tari menghentikan langkahnya.
Hahahaha...semua siswa tertawa.
Nampaknya mereka sudah mulai tertarik dengan gaya mengajar bu Tari untuk untuk pertemuan pertama ini.
Kemudian bu Tari meminta Rian, maju. Gitar cokelat tua ia berikan pada Rian. Ia meminta Lia berdiri lalu menyanyikan sebuah lagu dengan iringan gitar.
Tepuk tangan kembali mewarnai suasana ruang kelas.
"Bu inilah kami. Banyak guru bilang otak kami di dengkul. Kami tidak bisa matematika, bahasa inggris, kami bisanya cuma senang-senang bu" Ungkap Latif