Bu Tari menarik bangku kosong yang letaknya di sebelah Gusti, menuju ke depan.
"Kali ini kau gagal Ri" Â Adib berbisik
Rian tak mempedulikan apa yang dikatakan Adib.
Petikan gitar sang guru mulai terdengar
Aku mohon sayangilah
Diriku di dalam hidupmu
Dan kamu jangan kasar-kasar lagi
Dengarlah pujaan hati
Aku mohon mengertilah
Kita jangan bertengkar lagi
Hadapi semua dengan dingin hati
Dengarlah pujaan hati
Â
Suara mendayu bu Tari membuat kelas hening. Semua mata memandang pada bu Tari yang tampak hikmat bernyanyi sembari lentik jari-jarinya memetik gawai gitar. Tepuk tangan riuh mengisi ruang kelas setelah bu Tari menyelesaikan lagu Jangan Bertengakar Lagi.
"Anak-anak, kenapa kalian tepuk tangan? Apakah karena kalian suka dengan lagunya? Atau karena kalian suka dengan penyanyi aslinya?. Terima kasih karena kalian telah mengapresiasi dengan baik. Pun demikian yang saya harapkan ketika kalian mengikuti pelajaran yang saya bawakan." Saat bicara pun suara Bu Tari terdengar merdu.
Semua siswa terlihat tersenyum, mata mereka berbinar. Tapi tidak dengan Rian. Ia satu-satunya yang masih saja menggerutu.
"Hei kalian semua lupa pada komitmen kita" Rian berdiri melanjutkan bicaranya, "Percuma bu, kelas kami hanya kumpulan anak-anak bodoh" Badannya memutar memandang teman-teman, "ya kan teman-teman?"