Langkah perempuan muda itu tenang tapi penuh percaya diri. Dia menuju ke meja guru. Tak lantas ia duduk. Ia masih bertahan berdiri dan meletakkan buku di meja.
"Sial, gagal" ucap Rian lirih
Adib tersenyum, "Tunggu saja"
Perempuan yang ada di depan menyapu seisi kelas dengan matanya yang jernih. Ia kembali tersenyum.
"Assalamualaikum, Good morning"
Kelas masih sepi, tak ada respon sedikitpun. Yang tampak dari wajah-wajah mereka adalah raut enggan yang teramat sangat, tanpa semangat bahkan banyak diantara mereka yang sibuk menggerakkan pulpen, saling berbisik-bisik, bahkan ada yang sengaja meletakkan kepala di meja.
"Ibu ulangi ya anak-anak. Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak," tak mendapat jawaban, guru tinggi semampai ini melangkahkan kakinya, lalu berdiri tepat di meja terdepan. meja Rian dan Adib.
"Baiklah, perkenalkan saya  bu Tari, guru baru pengganti Bu Lia, guru Bahasa Inggris kelas ini."
"Wah guru baru, sasaran empuk nih" suara salah satu siswa dari kursi belakang.
Siswa-siswi lain tertawa.
Bu Tari tersenyum, ia menuju pintu. Banyak diantara siswa mengira, guru baru tersebut akan pergi meninggalkan kelas. Tidak kuat menghadapi kejahilan anak-anak di kelas ini, seperti guru-guru yang lain. Hanya beberapa detik diluar, bu Tari kembali dengan membawa gitar di tangan kanan.