Mohon tunggu...
Riana Sari
Riana Sari Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika di SMAN 5 Kabupaten Tangerang

Riana Sari, Lahir di Banjarnegara, 11 Desember 1989. Karyanya antara lain: “Matematika Hidup Indonesiaku”, Juara I Lomba Menulis Puisi Matematika Nasional 2008, UNSRI. Cerpen “Api Kecil di Dermaga”, masuk dalam antologi “yang Muda yang Kreatif”, Kemenpora RI, 2010. Cerita Rakyat “Teluknaga”, Juara I Lomba Menulis Cerita Rakyat Kabupaten Tangerang 2011. Cerpen “Perempuan Hebat” masuk dalam antologi Perempuan Hebat, IPP-NU, 2011, Cerpen “Selendang Biru di Akar Bakau” menjadi pemenang lomba menulis cerpen mangrove, KeseMat, UNDIP, 2012, Cerpen “Laso” menjadi Juara prospektif, lomba cerpen kearifan lokal, Yayasan Obor Indonesia, 2013.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemuning

4 Juni 2023   22:16 Diperbarui: 4 Juni 2023   22:26 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wis tho,.. kamu pasti masih merasa bersalah tentang kejadian lima tahun lalu...." Bambang berujar sambil menimba air untuk wudu di sumur Mbah Mitro yang jauhnya dua kilometer dari surau. Air surau kering lagi.

"Ndak,.. aku yakin Mas Bhima ndak marah soal itu. Dia membelaku waktu aku dimarahi ibu dulu,..."

Plungggggg,... gema suara ember berpemberat itu begitu nyaring kala menyentuh permukaan air disumur sedalam tiga puluh meter itu. Susah payah Bambang menarik tali yang amat panjang itu hingga ember besar berisi lima liter air itu terangkat ke atas. Diisikannya sebagian di emberku dan sebagian untuk embernya. Kami siap pergi ke surau di tengah hari yang terik itu.

***

"Maaassssssss Rintooooooo,,.....!!!!" Nurul berseru memanggilku sambil berlari menyambutku, kala aku pulang dari surau bersama Bambang.

"Mas Rintooo,...." Nafasnya terengah-engah karena berlari.

"Ono opo?" tanyaku sambil merapikan rambut nurul yang acak-acakan.

"Ono Mas Bhima ...."

...

...

Dua puluh orang kurang lebih yang memenuhi ruang tamu di rumah Pakde Min yang kepala dusun. Diantara mereka aku melihat Mas Bhima. Berbeda sekali dari lima tahun yang lalu, Mas Bhima terlihat sangat dewasa. Badannya juga lebih besar dan tinggi. Ono opo Mas Bhima ngejak wong akeh mulih ndeso?, batinku,... aku, Bambang dan Nurul melongok-longok di balik pintu dapur, hingga Bude Min menegur kami,...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun