Aku pun memakluminya. Yah ... sebagai redaksi majalah remaja terkenal sambil kuliah dia pasti sibuk sekali.
***
Minggu terakhir bulan kesebelas. Kopdar keduaku dengan Najwa. Aku berangkat pagi-pagi. Jalanan biasanya selalu macet di akhir pekan. Tak sabar rasanya untuk ketemu sahabat dunia mayaku itu.
Jam 11.00 tepat aku sudah duduk di meja yang kupesan secara daring di Saba Waroeng. Sengaja kupilih meja menghadap ke arah pintu masuk agar bisa mengawasi kedatangannya. Sambil menunggu, kupesan sepiring tempe kemul hangat dan segelas jus jeruk.
Setengah jam terlewat. Sosoknya tak kunjung datang. Tiba-tiba mataku menangkap seseorang yang sedari tadi duduk di meja yang berhadapan dengan tempatku.
Pemilik tubuh atletis, putih dan ganteng itu tersenyum. Mata jenaka dengan sepasang alis tebal dibalik kaca mata itu menatapku. Aku tergeragap. Tanpa sadar kuseruput segelas besar cairan kuning di depanku sampai habis. Siapa sebenarnya dia?
Terlihat dia bangkit dan menghampiriku. Sambil mengulurkan tangan dia menyapa.
"Ini Hanum, kan, yang janjian sama Najwa?"
"Lho ... kok, tahu?" sahutku kaget setengah mati. Aku kebingungan.
Rasa takut mulai merayapi seluruh syaraf di tubuhku. Bagaimana bisa cowok ganteng ini tahu aku Hanum? Siapa dia? Jangan ... jangan ....
Aku mulai terbayang beberapa kasus kejahatan yang dilakukan teman maya.Â