Mohon tunggu...
Umi Sakdiyah Sodwijo
Umi Sakdiyah Sodwijo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengelana kata yang riang gembira

Pengelana kata yang riang gembira

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopdar Paling Ambyar

30 November 2021   19:51 Diperbarui: 30 November 2021   20:26 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SABA Waroeng, Wonosobo

"Besok Minggu jangan sampai nggak datang ya, kangen nih pengen ketemuan."

"Ah, paling kamu nggak datang lagi, males!"

"Aku pasti datang, Hanum, percaya deh!"

"Ya udah aku tunggu ya, jam 11.00 di Saba Waroeng, nanti aku share loc. Jangan lupa pake jilbab biru! Awas kalau nggak dateng aku lempar pake bakiak!"

"Oke"

Kusudahi chat dengan Najwa. Keluar dari facebook, melanjutkan cerpen yang harus segera kuselesaikan. Besok harus dibawa, biar bisa didiskusikan waktu kopdar.

Tapi, benarkah ia akan datang?

Setelah setahun kenal dan bersahabat, belum sekalipun kami bertemu. Bulan lalu kami pernah janjian kopdar waktu ada acara jumpa penulis di majalah tempatnya bekerja. Kebetulan cerpenku sering dimuat, makanya kami jadi akrab. Terbayang rencana kopdar bulan lalu.

"Hanum ... nggak sabar deh pengen ketemu kamu, besok harus datang ya," ujarnya melalui inbox facebook. "Jangan lupa bawa semua tulisan kamu biar bisa kita bahas sekalian!"

Penuh semangat, kusiapkan semuanya. Aku pun terpaksa bolos ngajar privat karena ingin sekali ketemuan sama dia.
Seperti apa ya tampangnya? Apa semanis dan seramah di dunia maya?

Hari Minggu. Jam 09.00 tepat aku sudah duduk manis di kantor redaksi majalah Najwa. Acara berlangsung sangat meriah. Bertaburan hadiah. Sesi foto bersama Najwa pun menjadi rebutan.

Ia kelihatan sangat ramah dan menyenangkan. Persis seperti sketsa wajahnya di profil media sosialnya.
Selesai acara kusapa wajah manis berkerudung merah marun itu.

"Assalamu'alaikum Najwa, aku Hanum!" kataku antusias.

"Wa'alaikumsalam, aku Najwa salam kenal!" sahutnya ramah dan sopan.

Aku tertegun. Kok, dia tidak mengenaliku sama sekali ya. Seperti baru kenal. Padahal kami dekat sekali di dunia maya. Wajahku di profil cukup jelas untuk dikenali.

Sambil makan, kuamati dia. Tiba-tiba gadis cantik di sebelahku nyeletuk.

"Yang itu Najwa, Mbak, ikon baru majalah ini"

Ooh ... dia ikon? Berarti Najwa yang di fesbuk bukan dia? Mungkin salah seorang redaksi. Kuedarkan pandangan ke sekeliling ruangan berharap Najwa-ku segera muncul dan menyapa.

Sampai akhir acara, ia tak muncul juga. Aku pun pulang sambil menelan rasa kecewa yang demikian pahit.

Sampai rumah kunyalakan komputer. Segera kutumpahkan kekesalanku pada Najwa. Ternyata ia sudah mengirim pesan terlebih dahulu.

"Hanuuum ... sorry dory strowberry ye. Aku nggak bisa nemuin kamu tadi. Maklum tugasku banyak banget. Lain kali kita janjian di tempat lain. Aku yang traktir, janji!!"

Aku pun memakluminya. Yah ... sebagai redaksi majalah remaja terkenal sambil kuliah dia pasti sibuk sekali.

***

Minggu terakhir bulan kesebelas. Kopdar keduaku dengan Najwa. Aku berangkat pagi-pagi. Jalanan biasanya selalu macet di akhir pekan. Tak sabar rasanya untuk ketemu sahabat dunia mayaku itu.

Jam 11.00 tepat aku sudah duduk di meja yang kupesan secara daring di Saba Waroeng. Sengaja kupilih meja menghadap ke arah pintu masuk agar bisa mengawasi kedatangannya. Sambil menunggu, kupesan sepiring tempe kemul hangat dan segelas jus jeruk.

Setengah jam terlewat. Sosoknya tak kunjung datang. Tiba-tiba mataku menangkap seseorang yang sedari tadi duduk di meja yang berhadapan dengan tempatku.

Pemilik tubuh atletis, putih dan ganteng itu tersenyum. Mata jenaka dengan sepasang alis tebal dibalik kaca mata itu menatapku. Aku tergeragap. Tanpa sadar kuseruput segelas besar cairan kuning di depanku sampai habis. Siapa sebenarnya dia?

Terlihat dia bangkit dan menghampiriku. Sambil mengulurkan tangan dia menyapa.

"Ini Hanum, kan, yang janjian sama Najwa?"

"Lho ... kok, tahu?" sahutku kaget setengah mati. Aku kebingungan.

Rasa takut mulai merayapi seluruh syaraf di tubuhku. Bagaimana bisa cowok ganteng ini tahu aku Hanum? Siapa dia? Jangan ... jangan ....

Aku mulai terbayang beberapa kasus kejahatan yang dilakukan teman maya. 

Seorang mahasiswi hilang selama seminggu, setelah dilakukan pencarian, jenazahnya ditemukan terkubur di dapur rumah kostnya. Pelakunya adalah pacar yang dikenalnya lewat facebook.
 

Seorang siswa SMA diculik oleh teman fesbuknya dengan permintaan tebusan 100 juta. Karena orang tuanya melapor polisi, si gadis ditemukan mengambang di dermaga.

Hiiih ... serem! Pasti akun Najwa dia bajak!

"Ka ... kamu siapa? Tahu dari mana kalau aku janjian sama Najwa?"

"Hanum, aku Najwa!"

"Apa???!!!" Aku mendelik saking kagetnya.

"Iya, selama ini aku melakoni tugas sebagai Najwa. Makanya aku nggak berani nemuin kamu waktu acara di kantor," katanya lagi berusaha meyakinkan.

Susah payah kucerna kata-katanya. Tapi semuanya terasa sangat membingungkan. Kutarik napas dalam-dalam. Berusaha mengumpulkan kekuatan.

Aku berdiri satu meter di hadapannya. Kupandang wajah ganteng itu lekat-lekat. Dia tersenyum manis sekali. Dengan gerakan super kilat kusarangkan lutut di selangkangannya. Cowok berkacamata itu pun terjengkang.

Untung aku belum pernah cerita, kalau aku jilbaber pemegang sabuk hitam Karate.

"Dasar hacker penipu!" seruku sambil berlalu. Kusambar tas. Setengah berlari kutinggalkan tempat itu.

"Hanum ... tunggu ..." serunya sambil terhuyung-huyung mencoba berdiri dan mengejar.
 
Di kamar kutumpahkan tangisan pada guling kesayangan. Apes bener nasibku. Dua kopdar selalu ambyar. Rasa kecewa dan marah membuatku tak berani membuka semua akun sosial media.

Seminggu berlalu. Kuberanikan kembali membuka jejaring sosial itu. Aku harus mencari tahu siapa sebenarnya yang menyamar jadi Najwa.

Apakah dia hacker, atau memang yang dikatakannya itu benar? Nah itu dia! Ada pesan dari Najwa!

"Hanum, tolong maafin aku. Harusnya aku jujur dari dulu. Aku benar-benar Najwa yang kamu kenal. Namaku Rendra. Sebagai admin majalah Najwa, selama ini aku harus berperan sebagai Najwa. Dan aku harus merahasiakan identitasku pada siapapun termasuk kamu. Hanum, aku sayang kamu."

"Kamu jahat! Dasar penipu! Kamu bukan sahabatku. Aku benci kamu!"

Kumatikan komputer. Tangisku kembali pecah. Aku hanya mau Najwa, sahabatku, bukan seorang laki-laki bernama Rendra. Setampan apapun dia, aku tak peduli!

 

(Tamat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun