Di sini, tak ada hujan pagi ini, Pak Sapardi. Barangkali karena Juli tak setabah Juni.
Sapardi Djoko Damono telah meninggalkan kita tetapi bait sajaknya masih menggeluti relung hati kita. Sapardi djoko damono lahir di Solo tepatnya 20 Maret 1940. Sebagai seorang penyair legendaris di Indonesia angkatan 1970 an, karyanya sederhana namun penuh makna yang diminati khalayak. Sapardi Djoko Damono kerap dipanggil dengan inisialnya, yaitu SDD. SDD dikenal melalui puisi-puisinya mengenai hal-hal sederhana, tetapi penuh dengan makna kehidupan.
Kaum milenial bahkan generasi muda sekarang masih akan gemar mengutip karya puisinya, salah satunya “Aku Ingin”-- sejak meluncurkan puisi inilah nama Sapardi Djoko Damono menasional. Kekuatan Sapardi adalah membuat kesederhanaan dalam diksinya yang terletak pada kekuatan kata dalam hubungan dan kedudukannya di barisan kata lain.
Sapardi djoko damono meluncurkan karyanya Hujan Bulan Juni sebagai salah satu novel trilogi yang banyak diminati dan diburu generasi milenial bahkan generasi muda. Hujan Bulan juni pernah diadaptasi ke layar lebar yang diperankan oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia. Sebelum menjadi sebuah novel, Hujan Bulan juni terlebih dahulu terbit sebagai salah satu kumpulan puisi. Novel Hujan Bulan Juni diterbitkan pada tahun 2015 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama dan telah dicetak ulang beberapa kali.
Sapardi Djoko Damono pertama kali menulis puisi Hujan Bulan Juni pada 1964. Buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni sukses diterjemahkan ke dalam empat bahasa yakni Inggris, Jepang, Arab, Mandarin, dan Rusia. Buku puisi Hujan Bulan Juni yang terbit pada 1994 memuat sebanyak 102 puisi di dalamnya. Hujan Bulan Juni, merupakan nama. Tiga kata tersebut adalah nama tokoh utama yang diceritakan oleh Sapardi.
Ketika menginterpretasi puisi Sapardi Djoko Damono dalam puisi Hujan Bulan Juni terdapat banyak kalimat yang banyak menunjukan kepasrahan, menunjukkan sesuatu yang sudah pada hukumnya seperti “Tenaga takdir” dan “Habitat yang purba”. Kata kunci dalam puisi ini sederhana, makna sederhana menjadi lebih mendasar lagi yaitu berjalan sesuai dengan kodratnya selayaknya kayu yang bila dibakar menjadi abu dan awan yang hilang menjadi sebuah hujan.
Puisi “Aku Ingin” Karya Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat