Ando selalu menenangkan aku bila aku menangis kesakitan dan dia selalu menjadi penggantiku untuk dipukul bila aku melakukan kesalahan.Ah, tak ada sahabat sebaik Ando bagiku. Sekalipun itu Ibuku sendiri. Di suatu malam dia berbisik padaku tentang sebuah rencana.
"Kita harus kabur dari neraka ini." Bisiknya.
"Aku takut Kakak..." Kataku menggigil membayangkan betapa menyakitkan hukuman jika kami ketauan kabur.
"Sudahlah... Apa kau mau disiksa sampai mati begini?" Tanya Ando sambil membsarkan matanya.
"Engga mau, Kakak..." Kataku sedikit lebih keras.
"Nah!!! Makanya ayo kita lakukan!!!" Kata Ando lantang.
"Woooiiii!!!" Ternyata pembicaraan kami itu berisik sekali sehingga membangunkan algojo penjaga kami. Kami berdua gugup di atas kasur jelek itu.
"Sini kamu!!! Harus dikasih pelajaran kayaknya sama kamu yang cengeng ini!!!" Tunjuknya lalu menarik kerah bajuku.
"Jangan dia!!! Aku saja!!!" Kata Ando lantang, seperti tak mau aku terlukai.
"Oh, nantangin nich bocah!!!" Lelaki besar itu menampar Ando dengan kerasnya dan mendorong dia hingga terhempas jauh ke belakang. Semua anak-anak yang ada di situ bangun dan berlari ke sudut kamar karena ketakutan.
"Jangan!!!" Tangisku menahan tangan pria besar itu. Namun dia tak mau tahu karena tidurnya sudah terganggu. Dia malah mengangkat Ando dan mencampakkan Ando ke dinding.