Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Ramen] Darah Kakak di Hari Anak

10 Januari 2012   04:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:06 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ando selalu menenangkan aku bila aku menangis kesakitan dan dia selalu menjadi penggantiku untuk dipukul bila aku melakukan kesalahan.Ah, tak ada sahabat sebaik Ando bagiku. Sekalipun itu Ibuku sendiri. Di suatu malam dia berbisik padaku tentang sebuah rencana.

"Kita harus kabur dari neraka ini." Bisiknya.

"Aku takut Kakak..." Kataku menggigil membayangkan betapa menyakitkan hukuman jika kami ketauan kabur.

"Sudahlah... Apa kau mau disiksa sampai mati begini?" Tanya Ando sambil membsarkan matanya.

"Engga mau, Kakak..." Kataku sedikit lebih keras.

"Nah!!! Makanya ayo kita lakukan!!!" Kata Ando lantang.

"Woooiiii!!!" Ternyata pembicaraan kami itu berisik sekali sehingga membangunkan algojo penjaga kami. Kami berdua gugup di atas kasur jelek itu.

"Sini kamu!!! Harus dikasih pelajaran kayaknya sama kamu yang cengeng ini!!!" Tunjuknya lalu menarik kerah bajuku.

"Jangan dia!!! Aku saja!!!" Kata Ando lantang, seperti tak mau aku terlukai.

"Oh, nantangin nich bocah!!!" Lelaki besar itu menampar Ando dengan kerasnya dan mendorong dia hingga terhempas jauh ke belakang. Semua anak-anak yang ada di situ bangun dan berlari ke sudut kamar karena ketakutan.

"Jangan!!!" Tangisku menahan tangan pria besar itu. Namun dia tak mau tahu karena tidurnya sudah terganggu. Dia malah mengangkat Ando dan mencampakkan Ando ke dinding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun