Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Beda Agama Bag. 6

25 Oktober 2011   19:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:30 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebelumnya, Cinta Beda Agama Bag. 1, Cinta Beda Agama Bag. 2, Cinta Beda Agama Bag. 3, Cinta Beda Agama Bag. 4, Cinta Beda Agama Bag. 5

Janji-janji-janji-janji

******************

Kembang gula

Kalung salib ^_^

"Kita pacaran khan?" Tanya Sahlan suatu ketika pada saat mereka berada di sebuah karnaval. Laura hanya mencibirkan bibir kemudian menjilat-jilat es krim yang ada di genggamannya. Sahlan geleng-geleng saja dicuekin begitu kemudian lanjut menjilat-jilati es krimnya.

"Udah tau, nanya lagi..." Laura menjulurkan lidahnya mengejek kedongkolan Sahlan.

"Uhuy, adek..." Senyum Sahlan.

"Uhuy, abang..." Sahut Laura sambil tersenyum lucu dan iseng mencolek wajah Sahlan dengan es krimnya. "Hihi..." Laura ter-hihi karena berhasil ngerjain Sahlan. Sahlan tidak marah justru dia tersenyum nakal dan mencolek Laura.

"Duh, si adek udah mulai becanda2an. Abang senang. Lebih baik daripada diam-diam gak jelas kayak kemarin." Goda Sahlan sambil mengelap lelehan es krim yang ada di wajahnya. Laura seperti mengingat sesuatu, ya! eksistensinya untuk menjadi wanita super dingin. Dia langsung membuyarkan bekas-bekas tawa di wajahnya.

"Hahaha... Mulai deh!" Tawa Sahlan lucu. Laura cuek saja.

Lama mereka berada di karnaval itu. Walau sedikit puyeng bagi Sahlan mengikuti mood Laura yang berubah-ubah, terkadang ngakak tiba-tiba terkadang juga dingin sedingin es. Laura pun sebenarnya pura-pura dingin hanya sekedar menolak getar-getar cinta yang hendak merubuhkan pertahannya. Sahlan sabar dan cukup sabar menghadapi Laura.

Tiba-tiba Sahlan berhenti di sebuah penjualan aksesoris dan Laura hanya mengikut saja. Walau Laura memasang mata untuk memandangi betapa bagusnya aksesoris yang ada. Laura melihat sepasang kalung hati, yang sudah biasa dimiliki untuk mereka yang sudah memiliki pasangan. Sahlan mengambilnya dari deretan rapih barang jualan si mas-mas.

"Bagus?" Tanya Sahlan.

"Iya..." Jawab Laura senang.

"Enggak ah," Sahlan menaruh kembali kalung itu pada tempatnya dan membuat hati Laura dongkol. Sahlan tersenyum menahan segudang tawa, soalnya lucu sekali baginya melihat wajah Laura yang dongkol. Laura menendang-nendang angin yang ada di atas tanah sebagai bentuk kedongkolannya, tiba--tiba semua buyar ketika Sahlan menyodorkan sesuatu.

"Hah?"

"Lucu, cantik dan aku yakin kamu bakal suka. Terimalah!" Sahlan mengulurkannya. "Eh, maksudku coba dulu, kalo ga suka yah ga papa..." Sahlan tetap menyodorkannya walau Laura mematung tertegun melihat apa yang sedang terjadi.

"Yang benar aja? Kalung salib?" Kata Laura seketika membuat Sahlan tersenyum. Si abang-abang penjualnya langsung ngoceh untuk jualannya supaya laku.

"Cantik, Mbak. Aku yakin mbak makin cantik make ini." Ceracaunya. Laura hanya tersenyum sedikit kemudian mendapatkan isyarat dari Sahlan agar segera berbalik badan. Laura menurut sambil menyisihkan rambutnya. Betapa senang hati Sahlan mengalungkannya dan sedetik kemudian Sahlan berdecak kagum.

"Cantik, dek." Katanya sambil mengedipkan mata, diikuti ceracau penjualnya yang menyemangati Laura agar senang menerimanya. "Cantiknya mbak"

"Haha... Memang aku cantik..." Kata Laura membuat penjualnya nyungsep ke dalam tanah...

"Suka ga?" Tanya Sahlan memastikan.

"Ehmmm..." Laura mengerucutkan bibir sambil memegang-megang salib kalungnya.

"Ih, si adek diem aja nih," Sahlan sedikit kesal.

"Hihi, suka banget bang..." Laura mengedipkan mata. Sahlan senang dan segera membayarkannya kepada si penjual. Kemudian mereka melanjutkan keasikan mereka di karnaval tersebut.

"Kembang gulaaaaa!!!" Jerit Sahlan membuat Laura kebingungan ditambah dia segera ditinggalkan Sahlan berlari jauh untuk mendapati penjual kembang gula. GUBRAAAKKK!!! Laura membiarkan Sahlan berlari-lari bahagia menemui penjual kembang gula tersebut. Laura lebih memilih untuk duduk di bangku yang ada di bawah pohon nan rindang.

Selang beberapa menit kemudia Sahlan telah kembali membawa 2 kembang gula berwarna pink yang bentuknya lumayan besar. Biji mata Laura berputar 180°, tetapi Sahlan dengan pedenya memberikan kembang gula itu pada Laura. Mau tak mau Laura menerimanya.

"Untuk apa coba? Di rumah banyak gula!" Kata Laura. Sahlan menjulurkan lidahnya dan tak menggubris lagi mencomot-comoti kembang gula. Laura pun ikut namun tetap dengan hati bertanya-tanya "Cocokkah? Ih, udah gede juga." Pikirnya.

"Untuk apa?" Omel Laura lagi. Sahlan berhenti mengunyah dan membesarkan dua bola matanya seakan kehilangan sabar kemudian dia menarik nafas dalam dan lanjut ngomong lagi.

"Adek..." Sahlan melambai-lambaikan jari telunjuknya pada Laura. Laura mendekat.

"Apa?" Kata Laura. Wajah mereka hampir berdekatan. Sahlan meninggikan kembang gula hingga hampir menutupi wajah mereka, demikian dengan kembang gula ditangan Laura dinaikan Sahlan hingga menutupi wajah mereka. Dan... CUP!!! Kiss!!! Uhuy, terjadi di antara pink-nya gula-gula. Seketika wajah Laura memerah dan shock berat hampir dia pingsan. Tetapi Sahlan cengengesan dan takut bersalah namun sudah menikmati.

"Ih, kamu..." Laura menutupi bibirnya.

"Hehe, maaf. ABisnya kamu gemesin banget sich nanya kembang gula mulu," Sahlan menjulurkan lidahnya membuat Laura makin dongkol.

"Ih, gapapa kali," Goda Sahlan sambil menyikutnya. Laura terdiam dan pikirannya melayang kemana-mana.

"Abang," Katanya tiba-tiba.

"Yah," Sahlan kebingungan dan segera berhenti mengunyah kembang gulanya. Melihat lagi sorot mata Laura yang tiba-tiba serius.

"Gak terasa ternyata kita pacaran udah ada seminggu," (GUBRAAKK!!! Kayang udah setaon aja gayanya...)

"Trus?" Sahlan menunggu Laura bicara ke intinya.

"Jujur," Laura membaguskan posisi duduknya. "Aku merasa tidak terpaksa lagi mencintaimu. Kayaknya udah mulai kerasan dengan dikau abangku." Kata Laura tiba-tiba membuat Sahlan tersenyum lebar.

"Ahay! Abang seneng dengarnya," Sahlan lompat-lompat.

"Tapi..."

"Tapi apa, dek?" Sahlan mendengarkannya dengan hati-hati.

"Sebelum semua sudah terlanjur... Sebelum aku betul-betul sangat mencintaimu... Sebelum masalah menyapa hubungan kita.... Adek mau tanya sesuatu..." Kata Laura.

"Apa itu sayang?"

Laura melayangkan pandangannya ke langit sore yang mencekam. Diikuti dengan Sahlan yang bodoh mengira ada benda planet yang hendak ditunjuk Laura.

"Aku mau tanya... Jujurkah kau mencintaiku?" Tanya Laura sambil menatap tajam ke arah Sahlan.

"Jujur sayang..."

"Yakin kalau nanti masalah perbedaan tak akan menyakiti aku atau kaua?"

"Yakin sayang..."

"Janji tidak akan menyakiti aku? Apalagi membuat aku menangis?" Tanya Laura manja. Sahlan menatap Laura lekat-lekat kemudian mengangguk.

"Sekarang aku balik nanya boleh?" Tanya Sahlan.

"Mungkin boleh, abang!"

"Janji ga bakal ninggalin aku?"

"Janji... Haha... Aku orang yang selalu tepat janji..." Laura mengedipkan matanya.

"Janji bakal lupain mantannya..."

"Yeee, siapa juga yang masih ingat-ingat dia? Iya, kalo itu aku janji banget..." Omel Laura tiba-tiba.

"Oh, pacarku..." Kata Sahlan lebay.

Hari mulai gelap, saatnya pulang bagi mereka berdua. Jika berkencan Sahlan melarang Laura mengendarai sepeda motor sendiri, Ya iyalah! Masa pacarannya jauh-jauhan karena beda kendaraan. Ihiy! Malam itu, Sahlan mengantar Laura sampai depan rumah dan segera berlalu. Ternyata dia dilihat Mamanya.

"Pacar kamu?" Tanya Mama.

"Hihi.. Iya..." Kata Laura segera beranjak ke kamarnya. Di dalam kamar dia lompat-lompat gak jelas. Dan bergaya-gaya di depan cermin. Hmmm...

"Hahaha... First kiss ^_^ ga bakal aku lupa, euyyy... Romantis gilaaaa..." Katanya sambil terjun di atas kasur sambil memegang-megangi salib kalungnya.

"Wihihihi, sukaaaa...."

Sepertinya, Laura sudah mulai menemukan semangat hidupnya pasca putus dari orang yang disayang dan beralih pacaran dengan orang yang baru dikenalnya.

Senyumnya berotoritas di dalam kamar itu.

Ouh, first kiss... gumamnya selalu... ^_^

**********************

Bersambung ^_^


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun