Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Beda Agama Bag. 6

25 Oktober 2011   19:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:30 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Lama mereka berada di karnaval itu. Walau sedikit puyeng bagi Sahlan mengikuti mood Laura yang berubah-ubah, terkadang ngakak tiba-tiba terkadang juga dingin sedingin es. Laura pun sebenarnya pura-pura dingin hanya sekedar menolak getar-getar cinta yang hendak merubuhkan pertahannya. Sahlan sabar dan cukup sabar menghadapi Laura.

Tiba-tiba Sahlan berhenti di sebuah penjualan aksesoris dan Laura hanya mengikut saja. Walau Laura memasang mata untuk memandangi betapa bagusnya aksesoris yang ada. Laura melihat sepasang kalung hati, yang sudah biasa dimiliki untuk mereka yang sudah memiliki pasangan. Sahlan mengambilnya dari deretan rapih barang jualan si mas-mas.

"Bagus?" Tanya Sahlan.

"Iya..." Jawab Laura senang.

"Enggak ah," Sahlan menaruh kembali kalung itu pada tempatnya dan membuat hati Laura dongkol. Sahlan tersenyum menahan segudang tawa, soalnya lucu sekali baginya melihat wajah Laura yang dongkol. Laura menendang-nendang angin yang ada di atas tanah sebagai bentuk kedongkolannya, tiba--tiba semua buyar ketika Sahlan menyodorkan sesuatu.

"Hah?"

"Lucu, cantik dan aku yakin kamu bakal suka. Terimalah!" Sahlan mengulurkannya. "Eh, maksudku coba dulu, kalo ga suka yah ga papa..." Sahlan tetap menyodorkannya walau Laura mematung tertegun melihat apa yang sedang terjadi.

"Yang benar aja? Kalung salib?" Kata Laura seketika membuat Sahlan tersenyum. Si abang-abang penjualnya langsung ngoceh untuk jualannya supaya laku.

"Cantik, Mbak. Aku yakin mbak makin cantik make ini." Ceracaunya. Laura hanya tersenyum sedikit kemudian mendapatkan isyarat dari Sahlan agar segera berbalik badan. Laura menurut sambil menyisihkan rambutnya. Betapa senang hati Sahlan mengalungkannya dan sedetik kemudian Sahlan berdecak kagum.

"Cantik, dek." Katanya sambil mengedipkan mata, diikuti ceracau penjualnya yang menyemangati Laura agar senang menerimanya. "Cantiknya mbak"

"Haha... Memang aku cantik..." Kata Laura membuat penjualnya nyungsep ke dalam tanah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun