"Apa kamu kembali menjalin hubungan dengan Bagas? Lelaki yang pernah melukaimu Din?" ucap Rendy yang terkejut. Aku hanya mengangguk.
"Apa kamu tidak berpikir ulang?"
"Entah Ren, hanya saja mendengar dia datang kepertunangan dan melihat aku menangis di bahumu, membuatku merasa hal seperti dua tahun yang lalu. Seakan dia menghadirkan cinta kembali yang pernah hilang, mungkin ini terlihat konyol. Namun, kenyataannya aku masih mencintainya ren." Jawabku menatap lekat Rendy. Aku melihat ada kekecewaan di wajahnya. Namun aku tidak dapat membohongi hatiku yang ternyata masih mencintai Bagas.
"Din... jangan." Ucapnya memohon kepadaku.
Aku terdiam melihat sikap Rendy kali ini. untuk pertama kalinya aku melihat ia memohon kepadaku dengan kekecewaan dari wajah tampannya.
"Tidakkah kamu sadar sekali saja Din," ucapnya menatapku.
"Sadar untuk apa Ren? Jelas-jelas aku mencintainya." Jawabku acuh.
"Sadar akan perasaanku yang mencintaimu!" ucap Rendi menatapku dalam. Sontak membuatku ternganga atas ucapan yang dilontarkan Rendy. Aku bingung. Aku tak tahu mengapa Rendy mengucapkan itu. Aku hanya mengira itu sebagai gurau. Namun, menatap mata Rendy membuatku yakin bahwa kali ini dia berkata serius.
"Ren...kita sehabat sejak kecil, aku tidak bisa mengubah hubungan kita lebih dari ini. Aku tidak ingin kehilangan sosok sahabat sepertimu." Jawabku dengan nada rendah. Ada sebercik luka yang aku tuaikan di hati Rendy. Dia tampak kecewa. Dan berlalu meninggalkanku bersama Ice Cream Chocolatenya.
***
Hari-hariku bahagia bersama Bagas. Dia selalu membuat aku merasakan cinta yang sudah lama pergi dari hidupku. Namun, tetap saja ada kekurangan yang aku rasa. Rendy. Entah, aku merasa lebih nyaman bersama Rendy ketimbang Bagas. Sudah hampir sebulan Rendy tidak menghubungiku lagi. Yang aku dengar dia pergi keluar kota karena tugas.