"Senang rasanya dapat melihatmu kembali," ucapnya tersenyum. "Sebelum berangkat ke kota ini, aku tahu kemungkinan akan berjumpa denganmu sangat besar. Hanya saja aku tidak menyangka akan berjumpa denganmu pada hari pertama tugasku di sini." Lanjutnya yang masih menatapku sambil tersenyum. Aku memalingkan wajah seakan tak sudi memandang wajahnya.
"Selamat datang." Ucapku acuh.
"Sudah dua tahun ternyata kita tidak bertemu," ucapnya. "aku merindukanmu Din." Lanjut Bagas yang membuat aku semakin jengkel.
"Din..." Panggilnya ketika aku hanya terdiam.
"Dua tahun lamanya kamu meinggalkanku dan sekarang kamu bilang kamu merindukanku?" ucapku yang tidak dapat menahan amarah lagi.
"Aku tidak pernah meninggalkanmu Din, tidak pernah. Aku selalu memikirkanmu di setiap detik pekerjaanku, bahkan tak ada kesempatan untukku melupakanmu dalam ingatanku."
Oh, Tuhan! Manusia ini membuat aku semakin muak.
"Kamu tak pernah meninggalkanku? Lalu mengapa kamu tidak datang diacara pertunangan kita? Aku menunggumu berjam-jam disana! Mengapa kamu tidak memberi kabar apapun?" jawabku yang hampir meneteskan air mata. Bagas terdiam sekarang, dan itu membuatku tak dapat menahan air mata. Aku segera pergi meninggalkan tempat itu, namun dia memegang tanganku dan langsung memelukku.
"Aku datang Din, aku datang. Namun sayang, aku hanya melihat orang yang aku cintai menangis di bahu orang lain sebab luka yang kulukis." Ucapnya sambil memelukku. Aku terdiam dengan air mata yang telah membasuhi pipiku. Tuhan, ternyata dia benar-benar datang!
***
Gaun putih ini terlihat cantik ketika aku kenakan. Sudah hampir sejam aku memandangi cermin yang tak lain ada aku disana. Aku bahagia kali ini. Orang yang aku cintai akan mengikatku dengan cicin yang melingkar di tanganku nanti. Semua teman dan keluarga yang hadir akan melukis sebuah senyum bahagia ketika melihatku.