Bahkan neurosains hanya bisa bicara seputar ruang lingkup system saraf,Tapi bagaimana seseorang bisa menjadi seorang yang bertobat atau memilih jadi filsuf kontemporer itu sudah diluar ruang lingkup system saraf.Seorang neurolog tak bisa utak atik saraf misal untuk mengubah seorang kriminal-psikopat jadi seorang beragama yang saleh
Maka ketika kita menjelaskan manusia tetep mesti ada pemilahan waktu kita bicara unsur biologisnya dengan ketika kita bicara unsur psikologis nya
Pikiran apa dan yang bagaimana yang berlalu lalang dalam saraf otak manusia itu tidak dapat dideteksi oleh neurosaintis terbaik sekalipun.Itu wilayah pribadi yang tak dapat diteropong dari luar bahkan dengan memakai alat teknologi seperti fMRI sekalipun
Maka ketika neurosains bicara alam pikiran  banyak yang sifatnya teoritis karena jalan pikiran memang bukan suatu yang dapat di empiriskan dan terlalu kompleks untuk dibahas dalam ruang lingkup ilmu saraf.Ibarat kita tahu mekanisme teknologi hardware bukan berarti otomatis kita akan tahu semua data apa yang ada dalam software kecuali dengan membuka software nya tersebut
Ini sama dengan bahwasanya sains itu ilmu dunia fisik-materi dan membatasi definisi nya sebatas itu,Tapi orang yang mungkin punya kepentingan ideologis melangkahi sains dan membentuk prinsip sainstism dengan menganggap sains sebagai satu satunya alat dan acuan kebenaran
Mereka punya utopia ingin membongkar rahasia jiwa melalui pengamatan atas infrastruktur otak,Tapi itu lebih mirip ilusi yang lama lama dapat mengerucut menjadi dogma.Dogma seolah "neurosains dapat membongkar rahasia alam pikiran".Ibarat mau membongkar rahasia samudera tapi dengan mengamati hanya dari permukaan laut
Mengapa seperti utopia,Karena jalan pikiran manusia,bawah sadar manusia,hasrat hasrat dan kehendak manusia,intuisi yang mengendalikan seseorang mana bisa diketahui hanya dengan cara mengamati system saraf di permukaan ?
*Ryu hasan adalah sosok yang mencoba membawa neurosains melangkah terlalu jauh dengan berupaya "mengacak acak" isi pikiran manusia tapi sifatnya tentu saja teoritis,Karena bicara  tentang pikiran itu tentu bukan suatu yang bisa di buktikan langsung secara empiris.Maka bicara pikiran itu tak bisa selalu mengatas namakan "saintifik"
..............
Artikel ke 3-Tambahan
Seorang rekan debat berkomentar ;