APA ITU (SUBSTANSI) "PSEUDOSAINS" ?
Istilah "pseudo sains" mungkin lebih sering di fahami sebagai label untuk praktek tertentu yang tidak saintifik tapi klaim "berdasar sains",Atau dijadikan alat untuk menghantam fihak tertentu termasuk di group debat.Istilah itu sering dipakai oleh fihak yang seolah mereka itu pemegang hak paten prinsip sains dan punya hak mutlak untuk melabeli fihak lain yang tidak memakai prinsip sains.
Tapi mungkin masih ada yang belum faham makna yang sesungguhnya dari istilah "pseudosains" diluar dari seringnya dijadikan "alat politik" fihak tertentu di group debat
Istilah itu sering di sematkan misal pada praktek klenik,paranormal atau hal berbau mistik,Tapi sebenarnya siapapun bisa melakukan praktek pseudosains termasuk orang yang sering bicara sains atau sering klaim "berdasar sains"
Untuk memahami apa itu pseudosains sarat utamanya tentu mesti faham dulu prinsip dasar-metode ilmiah yang formal yang biasa di praktekkan dalam dunia sains.Nah yang tidak sesuai dengan yang biasa di praktekkan secara ilmiah oleh metode sains tapi klaim berdasar sains tersebut boleh dicurigai berpotensi pseudosains
Nah kita tahu bahwa eksistensi-praktek sains itu dasarnya memakai metode empiris atau prinsip empirisme sebagai acuan-parameter utamanya (karena visi misi sains adalah kebenaran empiris), Maka artinya ; siapapun yang ingin diakui berdasar sains mesti memakai prinsip serta metode empiris tersebut.Jangan sampai metode nya berdasar rasionalisme atau kepercayaan,atau klenik dlsb. tapi maunya diakui berdasar sains
Jadi sesuatu yang penjelasannya tidak empiris,tidak serba pasti dan terukur sesuai metode formal sains TAPI ingin di akui "berdasar sains" maka substansinya itu boleh di curigai berpotensi pseudosains
Praktek pseudosains ini patut dicurigai mudah terjadi ketika orang bahas obyek-persoalan yang substansinya bukan materi-obyeknya tidak berkarater materi,APAPUN dan temasuk ketika bicara soal kejiwaan tapi selalu mengatas namakan sains sedang kita tahu jiwa bukanlah obyek fisik-materi dan tidak berkarakter materi-jiwa tidak bisa dijelaskan misal memakai konstruksi hukum fisika maupun ilmu kimia atau biologi
Maka siapapun yang memproklamirkan bahwa jiwa harus full di rekonstruksi secara sains-dan tak mau terima penjelasan dari arah lain maka mesti di awasi langkah langkah atau rumusannya ; Apakah masih berdasar prinsip dan metode sains atau sudah keluar dari cara sains tersebut ?
Apakah penjelasannya empiris-memakai metode saintifik murni dan bukan hanya teoritis,hipotesis dan spekulatif ?
Apakah filsafat dan agama pseudosains ?
Ingat bahwa label pseudosains itu hanya dapat disematkan pada penjelasan yang klaim berdasar sains tapi penjelasannya tidak sesuai struktur penjelasan saintifik yang formal.Karena filsafat dan agama tidak klaim berdasar sains dan dasar penjelasannya tidak memakai metode sains maka tentu tak bisa dilabeli pseudosains
Apakah ilmu psikologi pseudosains ?
Andai-kalau-bila full selalu mengatasnamakan sains tapi penjelasannya tidak saintifik maka rentan jatuh pada pseudosains,Tapi andai-bila tidak klaim berdasar sains maka akan bebas dari tuduhan pseudosains
Bukan saja ketika bicara psikologi,tapi hal ideologis pun rentan beraroma pseudosains.Contoh ; Bila klaim Tuhan,roh,malaikat,alam akhirat "tidak ada" tapi selalu memakai cover sains atau mengatas namakan sains tapi kita tahu sains tidak punya alat untuk observasi untuk menentukan semua itu ada atau tidak ada maka patut di curigai beraroma pseudosains.TAPI bila dasarnya hanya sekedar kepercayaan dan tidak mengatasnamakan sains maka tak perlu dicurigai pseudosains
Bagaimana ketika para saintis terobsesi ikut bicara hal hal mistis seperti bicara soal paranormal,fenomena kerasukan, sihir,hal klenik ? Ya itupun perlu diamati apakah penjelasannya empiris-terukur atau hanya hipotesa hipotesa teoritis yang lebih bersifat spekulatif
Jadi dengan adanya kategori istilah "pseudosains" ini mustinya orang hati hati jangan sedikit sedikit klaim berdasar sains tapi model-karakter-cara-metode penjelasannya jauh atau sudah keluar dari saintifik
.......
Artikel ke 2
APAKAH MANUSIA FULL BISA JADI OBYEK SAINS (DISIPLIN ILMU FISIKA- MATERI)
Materialist ilmiah via neurosains berupaya memusatkan penjelasan manusia pada otak sebagai obyek material yang dianggap dapat diamati secara sains. Masalahnya adalah ; Apakah dengan observasi terhadap infrastruktur material otak lantas bisa menjelaskan manusia secara saintifik ? Apakah dengan mengamati material otak lantas rahasia alam pikiran manusia dapat diamati secara empiris dan dijelaskan secara empiris pula dengan memakai metode saintifik ?
Itu pertanyaan yang mesti ada di benak para ilmuwan di abad ini ketika materialisme ilmiah makin merangsek bicara jiwa manusia,Dan menganggap rahasia jiwa bisa dijelaskan secara ilmu dan metode material,Bahkan dianggap dapat menggantikan penjelasan klasik yang dibuat oleh psikologi serta agama
Apakah para ilmuwan perlu menertibkan peta ilmu pengetahuan dan membuat batasan ilmiah mana obyek sains yang bisa dijelaskan secara sains dan mana yang bukan obyek sains ?
Sebenarnya kalau mau men teori kan (membuat penjelasan teoritis) bahwa "semua kerjaan otak" itu sih sah sah saja,bergantung orang mau melihat dari sudut pandang mana.Cuma dalam hal ini perlu kebijaksanaan karena mesti di ingat bahwa soal manusia itu sangat kompleks apalagi menyangkut soal kejiwaannya jangan sampai dalam hal ini ada yang berkeinginan melakukan semacam monopoli penjelasan seolah harus melulu berdasar sains atau penjelasan teoritis ala sains,Terus yang tidak pake narasi sains disalahkan,Mengapa ?
Karena manusia itu bukan obyek sains dan tak akan bisa full jadi obyek sains  seperti benda benda mati ata materi lain yang bisa dijelaskan dengan kualitas penjelasan yang bahkan bisa serba pasti dan terukur berdasar konstruksi hukum fisika
Sampai saat ini tak ada yang bisa menjelaskan psikologi manusia full secara sains dengan full memakai metode empiris,Itu sudah cukup sebagai bukti bahwa manusia bukanlah full obyek sains
Maka kalau maksa manusia full mesti dijelaskan secara metode empiris dan menolak metode lain atau penjelasan lain diluar sains maka itu sebenarnya sama dengan beresiko menjatuhkan sains pada pseudosains karena penjelasan tentang jiwa manusia ala sains akan banyak absurdnya alias tidak bisa serba terukur sebagaimana ketika sains mengelola obyek material
Itu sebab penjelasan saintifik tentang jiwa-pikiran manusia itu kebanyakan model penjelasannya bersifat teoritis-bukan empirik karena bukan hasil pengamatan inderawi-empiris.Beda dengan ilmu biologi atau kedokteran penjelasannya bisa empiris-terukur secara empiris karena berdasar pengamatan empiris.Tapi kan manusia bukan hanya tubuh tapi juga jiwa,ini yang membuat manusia tak bisa full menjadi obyek sains
Siapa yang bisa "mematerial kan" jiwa ?
Saitis paling botak mana yang bisa menjelaskan manusia full dengan model penjelasan empiris ? ..Apakah dengan mengamati material otak nya lalu bisa klaim juga bisa mengetahui seluruh isi jiwa nya ? Bullshit ...
Isi jiwa manusia tak cukup bisa diamati bahkan dengan mengetahui fungsi dri seluruh bagian sarafnya, KARENA lalu lintas pikiran apa yang sedang berjalan menggunakan infrastruktr saraf itu tidak akan bisa dibaca oleh alat teknologi maupun ilmu neurosains se hebat apapun
Maka itulah tentang manusia itu tak cukup dijelaskan oleh cara saintifik,kecuali bagian tubuh materialnya saya faham itu bisa full bagian sains,Kalau bagian jiwa-alam pikiran nya maka baik ilmu psikologi maupun agama sejak zaman dulu sudah biasa ikut memberi penjelasan
Dan tak boleh arogan seolah hanya penjelasan sains yang valid, termutakhir,ilmiah dll ...(Terus penjelasan dari arah lain ditolak ?) Itumah cuma ambisi materialist ilmiah yang ambisi ingin menjelaskan seluruh apa yang ada dalam realitas full secara material termasuk manusia !
OTAK "PEMAIN TUNGGAL" ?
Boleh saja ber teori "semua kerjaan material daging otak" ... Tapi ingat dalam soal MERASA maka bagian tubuh lain pun punya fungsi tersendiri,Dan ini berdasar kenyataan-bukan teori !
Dalam kenyataan orang di seluruh dunia merasakan adanya sensasi rasa-perasaan di wilayah jantung-hati atau wilayah dada,Maka itu istilah "perasaan hati" ada dalam kamus.Bahkan kalau berhubungan intim yang merasakan kelezatan bukan cuma bagian otak tapi juga bagian kelamin.Kalau kaki kepentok orang tidak pegang kepala tapi pegang kaki.Jadi penjelasan tentang otak pun mesti dipadu dengan peran dari semua organ tubuh lain
Soal pusat informasi memori dapat diterima kalau itu memusat di bagian otak tapi bagian tubuh lain pun jangan dilupakan fungsinya tersendiri semisal dalam fungsi merasa,hanya bagian tertentu dari tubuh seperti rambut atau kuku yang tidak memiliki fungsi merasa
...........
Artikel ke 3
PIKIRAN PENGENDALI RAGA
Bila orang orang di segala zaman memandang jiwa dan raga sebagai dua substansi terpisah yang lalu membentuk kesatuan bernama "diri manusia" maka itu bukan tanpa alasan atau argumentasi ilmiah atau dasar kenyataan yang dialami bahkan oleh semua individu
Apakah yang mengendalikan diri manusia itu pikiran atau mekanisme biologis nya ? Secara intuitif orang paling bodoh pun akan bisa menjawabnya karena mereka punya kesadaran pernah mengendalikan apa yang pernah dirasakan oleh raga nya
Contoh ; raga pernah merasa sangat lapar tapi karena ingin puasa atau berpikir mencuri untuk makan adalah hal yang salah maka pikiran bisa mengendalikan rasa lapar tersebut,Dan pengendalian atas lapar itu tentu bukan kehendak biologis perut tapi kehendak ruhani yang substansinya sudah beda dengan urusan perut
Atau,tubuh pernah merasakan birahi yang sangat kuat tapi karena ada iman dalam pikiran maka pikiran dapat mengendalikannya untuk tidak melampiaskan secara salah.Pengendalian birahi ini bukanlah kehendak hormon yang memantik birahi tapi kehendak jiwa yang memiliki idealisme atau iman atau karena pertimbangan akal budi
Atau ketika tubuh kita begitu lemah dan rapuh oleh penyakit maka pikiran kita masih dapat memiliki mental yang kuat untuk terus move on,tetap semangat menjalani kehidupan,walau yang jiwa nya rapuh dilindas oleh rasa putus asa.Ini menunjukkan aktifitas pikiran yang substansinya bisa berbeda dengan biologis tubuh
Artinya, jiwa yang kuat dan mental yang rapuh tentu saja itu bentukan rohani-bukan dibentuk oleh atom atom-bukan dibentuk oleh hormon-bukan dibentuk oleh nutrisi-bukan dibentuk oleh khasiat obat obat apotik
Warning-bahan renungan ;
Sekarang ada cara pandang-filosofi- ideologi materialisme ilmiah yang ingin memposisikan pikiran sebagai materi atau produk materi SAMA DENGAN BAHAN YANG MEMBENTUK RAGA,Terus melenyapkan adanya otonomi jiwa-pikiran atas raga
Pertanyaannya ;
Bila jiwa tidak punya otonomi atas raga lalu bagaimana jiwa kita bisa mengendalikan semua apa yang dirasa oleh raga ?
Maka coba kita pake yang namanya logika dan pengalaman real sebagai manusia. Maka itu saya mati matian melawan cara pandang materialisme ilmiah yang saat ini makin mewabah  merasuk kedalam alam pikiran banyak orang dan membuat statement statement yang tidak logis dan tidak sesuai dengan kenyataan termasuk ketika bicara psikologi manusia
.........
Artikel ke 4
MENGAPA (KEINGINAN) TUBUH DAN PIKIRAN BISA BERLAWANAN ?
Pernahkah anda mengalami melakukan suatu perbuatan yang anda sadari sebagai kejahatan atau dosa atau kesalahan dan batin atau hati nurani anda merasa tersiksa padahal dosa atau kesalahan itu misal membuat anda merasakan kenikmatan secara tubuh atau secara syahwat atau secara nafsu memberi efek kesenangan ?
Orang yang memiliki hati nurani yang hidup memang biasanya mudah merasa besalah bila melakukan suatu perbuatan yang salah walau misal secara materi justru memberi keuntungan. Sebaliknya yang nurani nya mati perasaan perasaan besalah itu sulit hadir bahkan ia bisa senang misal bila telah menyakiti orang lain atau melakukan kejahatan yang menguntungkan nya secara materi atau memberinya kepuasan nafsu
Kalaulah manusia hanya organisasi-mekanisme  material tubuh maka seharusnya perasaan perasaan bersalah itu tidak akan ada.Mengapa bisa terjadi konfrontasi- pertentangan-peperangan dalam diri manusia misal antara keinginan biologis tubuh dengan iman atau antara keinginan nafsu dengan suara hati nurani ?
Mengapa bentuk pertentangan itu tidak bisa terjadi dalam diri robot AI padahal katanya ia dibuat sebagai tiruan manusia. Kalau sang robot di stel melakukan pembunuhan apakah misal akan ada efek penyesalan dalam dirinya ?
Inilah salah satu mysteri terbesar manusia yang mesti di dalami,untuk membuktikan bahwa manusia bukanlah makhluk yang keseluruhannya terdiri dari unsur material dan digerakkan full secara hukum fisika-secara mekanisme material
Andai-kalau manusia adalah full makhluk material-terdiri dari hanya materi atau produk material atau pancaran material atau seluruh perilaku dan ide-pemikiran- hasrat dan kehendak nya lahir dari proses material maka yang menggerakkan manusia mekanisme nya akan sama dengan yang menggerakkan robot AI yaitu mekanisme-hukum material-hukum dunia fisika, tanpa ada pertentangan tubuh-pikiran atau sampai pertarungan atau pergumulan alam batiniah
Gerak robot AI bisa disebut satu mekanisme-satu alur karena semua sama digerakkan oleh satu mekanisme hukum fisika dan matematika mengikuti desain sang programmer.Tidak ada pertentangan dlm robot AI terhadap "pikiran"nya sendiri. Itu karena substansi dari bahan yang membentuk robot AI semua nya unsur materi atau berkarakter material sampai ke unsur data data di dalamnya (data terbuat dari energi yang di kuantisasi sehingga memiliki karakter materi- menjadi paket kuanta)
Terus mengapa dalam diri manusia bisa terjadi banyak kontradiksi-pertentangan seperti antara material tubuhnya dengan jiwa nya ? Karena bahan keduanya berbeda,satu materi-satu immaterial-non materi.Kalaulah tidak ada jiwa yang non materi yang otonom maka manusia hanya akan jadi makhluk bertubuh dan apapun keinginan tubuh akan berupaya dipenuhi tanpa ada perlawanan atau kendali dari jiwa atau pertentangan dari jiwa nya
Dengan kata lain,jiwa dan tubuh tidaklah bergerak mengikuti satu hukum atau mekanisme yang sama seperti yang terjadi pada robot AI.Karena ada dua substansi berbeda itulah maka bisa terjadi  pertentangan-kontradiksi dlm diri manusia.Alam rohani tidak bergerak berdasar mekanisme hukum fisika,alam rohani memiliki gerak tersendiri yang terpisah-otonom dengan gerak biologis material tubuh.Orang menjadi teis atau ateis itu tak ada hubungannya dengan mekanisme biologis tubuhnya.Ini efek dari dualisme pikiran-tubuh.
Tanpa ada dualisme pikiran-tubuh maka gerak pikiran akan satu alur-satu mekanisme-satu gerak dengan gerak mekanisme biologis tubuh dan tidak akan terjadi pertentangan dan pengendalian tubuh oleh jiwa.Yang bisa mengendalikan gerak tubuh sampai mengendalikan nafsu tubuh mestilah element yang substansinya berada di luar mekanisme biologis tubuh atau yang memiliki otonomi
Semua unsur tubuh manusia hingga ke level mikroskopisnya itu mengikuti mekanisme hukum fisika-hukum biologis dan ada dalam dokumentasi ilmu kedokteran, Tapi pikiran manusia bermacam ragam,ada yang menjadi teis atau ateis atau moderat atau konservatif atau orang baik atau orang jahat atau orang picik atau orang bijak itu mekanisme nya lain-berbeda-tidak satu alur dengan mekanisme biologis tubuh,Masing masing tidak satu gerak mekanis.Maka dirumuskan konsep  OTONOMI JIWA DARI TUBUH
Materialisme ilmiah berupaya menggambarkan manusia full sebagai terdiri dari materi tapi mereka akan gagal dalam penjelasannya karena fakta yang terjadi memperlihatkan jiwa-pikiran manusia bukanlah fenomena gerak materi yang di konstruks hukum fisika yang mana kalau dikonstruks hukum fisika akan satu alur dengan gerak biologis tubuh dan tidak akan terjadi fenomena pertentangan dlm diri manusia
Dan-karena gerak seluruh materi di alam mulai dari yang terbesar-makroskopis hingga yang mikroskopis-ranah kuantum semua sama dikonstruks oleh hukum fisika- digerakkan oleh mekanisme yang sifatnya fisikawi (antar materi ke materi).Bahkan energi yg dikenal oleh sains pun bagian dari element yang berada dalam mekanisme hukum fisika.
Maka bila di alam ini ada yang bisa mengendalikan gerak materi hingga mengikuti kehendaknya atau sampai menaklukan hukum fisika seperti peristiwa mukjizat para nabi maka kekuatan yang memiliki kehendak itu mesti berasal dari entitas yang otonom dari materi-berada diluar hukum fisika, Karena karakter dasar materi itu hanya mengikuti hukum fisika yang mengkonstruks atau mengendalikannya dan tidak memiliki sifat personal semisal kehendak,visi misi atau tujuan. (Ini adalah penjelasan yang logis-sistematis tentang eksistensi Tuhan berdasar fakta yang kita lihat ditemukan dalam sains)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H