Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendalami Substansi Perdebatan MN dengan GG

20 Oktober 2024   21:29 Diperbarui: 20 Oktober 2024   21:58 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang bayangkan upaya pemahaman terhadap agama wahyu tapi buku panduan atau standar pemahaman yang dipake adalah sesuatu yang diluar agama misal pemahaman versi ateisme atau cara pandang materialisme atau versi ilmu fisika-ilmu empiris ya wajar bakal terjadi stigma stigma negatif terhadap agama yang sebenarnya tidak sesuai dengan buku panduannya

Contoh ; Menurut buku panduannya untuk memahami agama mesti pake analisa akal budi,analisa batiniah-nurani.Tapi karena fihak luar tidak mau menggunakan cara seperti itu lalu fihak luar tersebut stigma agama sebagai "musti diterima sebagai kebenaran walau tidak difahami secara ilmiah" .. lha padahal ia tak faham agama karena tak mau mendalami berdasar buku panduannya

Dan ingat di dunia ini pandangan terhadap agama termasuk agama wahyu itu beragam-plural,Ada versi kaum beragama itu sendiri,ada versi liberalis,ada versi sekuleris,ada versi orientalist,ada versi ateistik,ada versi materialist,ada versi agama lain dlsb.Pantaskah cara pandang-pemahaman terhadap agama melulu selalu menggunakan standar pemahaman fihak diluar agama ?

Jadi manusia memframing sesuatu sebagai dogma kadang bisa karena ia faham tapi kadang karena tidak faham atau kadang karena cenderung ingin menyangkalnya atau karena tak mau mendalaminya

Tuhan menyuruh manusia menggunakan akal pikiran untuk memahami ajarannya lantas ajarannya di frame sebagai dogma oleh manusia,Sekarang sebagai bahan perbandingan ; Penguasa Sovyet-Korea utara membuat ideologi dan tak meminta ideologinya tersebut untuk misal dielaborasi dengan menggunakan prinsip akalbudi-hati nurani malah yang melawannya mesti bersiap untuk dihukum mati

Dan mesti waspada di zaman yang dianggap serba ilmiah ini banyak orang yang mudah frame sesuatu sebagai dogma bisa sebenarnya karena ia tak faham atau menyangkalnya atau melihatnya dengan kacamata-cara pandang yang tidak tepat.Maka kita harus belajar kritis untuk analisa secara mendalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun