Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendalami Substansi Perdebatan MN dengan GG

20 Oktober 2024   21:29 Diperbarui: 20 Oktober 2024   21:58 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi sebelum berhadapan dengan orang orang dengan type pemikiran seperti G.G ini maka kita harus cecar dulu pemahaman pemahamannya yang bersifat mendasar terhadap apa itu ilmu dan metode ilmu serta obyek ilmu.Supaya cara berpikirnya terhadap ilmu pengetahuan bisa lebih konstruktif-tidak meniru secara mentah "konsep ilmu versi materialist" yang memang tidak cocok kalau digunakan untuk merekonstruksi atau mengelola  persoalan metafisika semisal persoalan akidah
.......

Artikel ke 3

TERKUNGKUNG DOGMA MATERIALISM (?) 

Ada banyak orang yang masih terjebak oleh dogma materialist tentang konsep ilmu-bahwa yang namanya ilmu dipandang hanya konsep yang beroperasi di dunia fisik-materi sebagaimana yang menjadi obyek sains

Sangat disayangkan kalau misal yang masih terkungkung itu orang orang level akademisi.Memang world view yang dibangun materialist saat ini seolah tengah menguasai dunia tapi orang beriman pun mesti waspada karena jangan jangan itu gambaran akhir zaman sebagaimana nubuat hadits, saat dimana si mata satu diberi peran menguasai dunia sebelum dihancurkan secara total

Padahal manusia diberi indera serta akal budi itu agar bisa berpikir holistik-multi dimensi ; bisa menangkap apa yang dapat di indera dan juga bisa mendalami apa YANG TIDAK BISA DIALAMI ATAU DILUAR TANGKAPAN INDERA alias bermata dua.Sedang konsep materialist hanya mengarahkan manusia kepada menjadi bermata satu karena fokus dan awas nya hanya kepada dunia fisik-materi.Si mata satu yang menurut nubuat nabi akan menjadi antagonis terbesar agama sebelum dihancurkan total saat turunnya Isa al masih.(Saat setelah turunnya Isa pikiran manusia akan terbukakan bahwa ada entitas non fisik dibalik yang fisik)

Semisal ketika manusia memikirkan apa makna serta hakikat kehidupan,Darimana kehidupan berasal,Apakah alam diciptakan,Akan bagaimana setelah mati,Pertanyaan tentang desainer alam dlsb itu semua menuntut akal budi yang berpikir karena itu semua persoalan keilmuan yang tidak bisa di empiriskan atau sudah ada diluar wilayah pengalaman indera.Tapi itulah yang menjadi kelebihan manusia dibanding makhluk lain seperti hewan.Manusia dituntut untuk menggunakan cara berpikir akal budi bukan semata cara berpikir empiris yang bergantung mutlak pada input inderawi

Yang lebih gila dari orang terpapar materialism adalah persoalan Tuhan pun mesti dibuktikan secara empirik ! Padahal dalam agama jelas ada petunjuk bagaimana cara memahami Tuhan yang bukan untuk dilihat karena bukan wujud fisik-materi dan karenanya potensi akal budi mesti digunakan dalam upaya memahaminya minimal pada level awal

Mengapa harus akal disamping indera ? Ya logis lah karena yang ditemui-dialami dan dipikirkan oleh semua manusia dlm kehidupannya itu bukan melulu hal yang serba bersifat fisik-materi

Sebab itu wajar kalau akal memiliki nilai lebih dan punya otoritas untuk membentuk atau merumuskan atau menentukan sesuatu sebagai kebenaran tanpa mutlak bergantung pada input inderawi yang terbatas itu.Tapi dalam filosofi materialisme otoritas akal untuk membentuk kebenaran diluar pembuktian langsung secara empirik itu tidak di akui

Padahal akal adalah peralatan untuk mencari ilmu,Tapi dalam konsep materialism akal dibikin menjadi hamba sahaya pelayan dunia indera,Akal tidak diberi otoritas untuk mengkonsep sendiri kebenaran berdasar cara berpikir akal. Maka dalam materialisme konsep ilmu mutlak mesti bergantung pada input serta verifikasi inderawi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun