Mohon tunggu...
Uci Milasari
Uci Milasari Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Tokoh Utama dalam Novel Cinta untuk Perempuan dengan Bulir-Bulir Cahaya Wudhu di Wajahnya Karya Sayfullan

21 November 2021   16:07 Diperbarui: 21 November 2021   17:43 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapak, maafkan saya, Pak. Maafkan, saya....," isak dan ucapakan Ali melebur dalam hening." (CUPDBBCWDW:153)

Kutipan di atas adalah gambaran Ego dari Ali, perasaan sedih melihat bapaknya terbaring lemah tak berdaya di ranjang, dan perasaan bersalah karena tidak sempat datang untuk meminta maaf sebelumnya. Bentuk kesedihannya itu (id) ia laksakan dengan menghambur pada bapaknya, meminta maaf dan menangis.

3. Analisis Superego Tokoh Ali 

Superego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik dan buruk).

Data 01 :

"Setiap fajar menyingsing, di sudut perkampungan yang telah menjadi pusat pengolahan kulit di zaman VOC itu, kaki-kaki tanpa alas dengan tangan memeluk rukuh kumal dan kekuningan mulai berbondong-bondong ke arah sumber suara. Pun, sarung-sarung tak kalah purba dengan lipatan-lipatan di bawahnya hingga menyerupai per, membungkus kaki yang tak lagi mengenali dingin. Meskipun jalan tandus kampung terasa basah karena embun yang membekukan telapak kaki, bara semangat tetap hangat. Tak ada kesah, walau tubuh kurus belulang pasti dua kali lipat merasa dingin jika diterpa angin fajar di musim kemarau seperti ini. Ah, semua itu tak lantas menjadi alasan warga kampung Kulitan untuk tetap tidur berselimut sarung dan meninggalkan shalat Subuh di dipan reot rumah mereka." (CUPDBBCWDW:12)

Kutipan di atas menggambarkan Superego bukan hanya pada diri Ali, tetapi juga pada warga kampung Kulitan yaitu sikap melawan keadaan tidak menyenangkan dengan tetap mendirikan shalat Subuh di langgar kampung meski tubuh mereka terasa dingin diterpa angin fajar pada musim kemarau (id). Warga kampung Kulitan termasuk Ali, mendorong keinginan untuk tetap tidur berselimut sarung (id) untuk memenuhi moral masyarakatnya yang sudah mempertahanan nilai-nilai tersebut sejak lama. Kutipan tersebut memenuhi fungsi pokok superego yaitu mengejar kesempurnaan, dalam hal ini kesempurnaan beragama.

Data 02 :

"Ali langsung melotot tajam kepada Baruji. Bisa-bisanya dia harus menjadi orang ketiga lagi. Padahal, Ali sudah bahagia lahir batin saat ia akan pulang berdua dengan Avifiah. Ah, ternyata harapannya itu dirusak sendiri oleh sahabatnya yang tak tau malu itu.

"Kenapa melotot gitu, Li? sindir Baruji sambil terkekeh.

"Oh, nggak apa-apa. Ayo kita jalan, mumpung Den Baguse belum tidur," ucap Ali dengan senyum artifisial. Pencitraan. Padahal ia ingin sekali bilang, "Sialan kau, Ji!" tapi, hatinya melarangnya. Ya, Ali seperti memiliki filter untuk melakukan itu." (CUPDBBCWDW:73)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun