"Jangan pulang dulu, Fah," perintah Ali dengan keringat dingin yang mulai menyembul di dahinya yang putih. (CUPDBBCWDW:77)
Kutipan di atas menggambarkan Id dari Ali, bahwa ia selama ini memendam perasaan pada Avivah, Ali menyayangi Avivah dan berniat ingin menikahinya. Malam itu Ali ingin menggungkap itu pada bapaknya.
Data 04 :
"Bulir air mata kebahagiaan kini berubah menjadi lelehan duka. Membaca surat Den Baguse seolah menguliti tipis-tipis hatinya. Bagaimana ia tak sakit, bapak yang sudah dianggapnya sebagai bapak kandung sendiri itu tega mengusirnya, tega memutuskan tali silaturahmi yang begitu agung, dan baru kali ini Ali membaca Den Baguse menyebut dirinya sebagai bapak angkat. Itu suatu guncangan yang cukup keras dan menghempaskan Ali pada kenyataan bahwa kini ia benar-benar sendiri." (CUPDBBCWDW:118)
Kutipan di atas adalah gambaran Id dari Ali, perasaan sakit ketika Den Baguse yang sudah ia anggap sebagai bapak kandung sendiri tega mengusirnya. Juga betapa terpukulnya Ali ketika Den Baguse menyebut dirinya sebagai bapak angkat Ali pada surat yang ia tulis.
Data 05 :
"Ya Allah, terima kasih telah mengabulkan doaku selama ini untuk lepas dari beskap dan jarit," ucapnya keras sambil melirik Karyo yang akhirnya berhenti mengomel karena objek yang diomelinya malah bersyukur penuh sukacita." (CUPDBBCWDW:126)
Kutipan di atas adalah bentuk Id dari Ali, perasaan lega karena dapat terbebas dari beskap dan jarit yang selama ini mengganggu gerakannya dalam beraktifitas.
Data 06 :
"Tanpa beskap dan jarit lagi, Ali kini seperti para pemuda normal kampung lain, bisa bergerak leluasa dan bangga memamerkan kegesitannya dalam bekerja. Ia ingin Karyo tak menyesal telah membantunya sejauh ini." (CUPDBBCWDW:127)
Kutipan di atas adalah bentuk Id dari Ali, perasaan bangga karena dapat berpakaian normal seperti para pemuda di kampungnya, sehingga ia dapat leluasa dalam melakukan pekerajaannya.