“Rheinara..”
Akhirnya kau bersuara juga Gie.
Rasa pening itu menyeruak lagi. Tiba-tiba saja gelap. Aku kembali tak sadar.
***
Aku terjaga kedua kali dengan aroma minyak atsiri yang masih menyengat.
Ran masih seperti tadi, duduk di sampingku. Dengan cemas yang sama. Dan Gie, lelaki sialan itu, dimana dia?
“Dimana Gie?”
“Ia di balkon Rheinara. Aku panggil ya?”
Aku melambai tangan, tanda tak usah. “Bawa aku kesana Ran.” pintuku lemah.
“Berbaringlah, kau masih lemah. Kami akan menjagamu Rheinara.”
“Menjagaku? Kau sedang waras mengatakan itu Ran ?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!