***
Minggu ketiga, hari ini, pelantikan presiden baru. Aku kembali ke depan jendela.
Elen sudah dua hari tidak ke sini, katanya ia agak kurang sehat. Sering berasa mual, sesekali muntah. Ia merasa wajahnya lebih terlihat pucat.
Seorang pedagang sayur melintas di depan jendelaku yang memang menghadap jalan gang. Dia berhenti, menonton gawainya. Ibu-ibu sepertinya sedang berkumpul di depan televisi.
Ada suara seseorang, seperti berpidato.
"Saat ini, kita sedang di masa-masa susah, krisis global membayang di depan mata. Ada perang yang bakal meluas di Timur Tengah. Ada ketegangan di Laut China Selatan yang berpotensi menjadi perang juga. Kita mengalami deflasi beruntun, daya beli merosot. Tak ada pilihan, kita harus mengambil jalan ekonomi dengan ikat pinggang yang ketat."
Aku tak sepenuh mengerti maksudnya apa. Ada perang? Apa itu jalan ekonomi dengan ikat pinggang yang ketat?
"Seluruh proyek yang dikerjakan dari masa sebelumnya, akan ditinjau kembali."
Aku menunggu komentar si tukang sayur, tapi dia cuma bilang, "Katanya kemarin keberlanjutan..."
***
Tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka, Elen masuk dengan sesenggukan.