Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Hari Ketika Seorang Presiden Dilantik

13 Oktober 2024   09:45 Diperbarui: 13 Oktober 2024   21:27 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku juga belum bisa mengongkosi kebutuhanmu kalau berhenti kerja."

Dan kita tidak bicara lagi.

Hanya ada ciuman yang panjang, nafas yang berdesah-desah, dan keringat yang meluapkan lupa malam itu. Seperti malam-malam sebelumnya.

***

Hari ini, aku mendengar kabar di warung Tante Erni. Seorang presiden baru akan dilantik, tapi tak banyak yang bersorak-sorai. Tidak seperti ketika mendengar kabar Ibukota Baru dan kota ini menjadi penyangga utamanya.

Orang-orang ini, dengan hutang berjilid-jilid seperti diriku, makan dalam kebisuan. Aku kira mereka adalah orang-orang susah yang suka memikirkan politik.

"Presiden yang baru ini cuma akan bikin masalah," kata salah satunya.
"Aku dengar, ia tidak akan melanjutkan proyek Ibukota Baru."

Tambah yang lainnya. "Jadi, kota ini akan sepi lagi, kota yang tidak pernah dikenali? Lalu, bagaimana dengan rumah-rumah yang sudah dibangun itu?"

Aku sedikit mengerti apa yang disebut efisiensi oleh mandorku tempo hari.

"Mau presiden baru atau ibukota lama, hutang kalian tidak bisa diputihkan," sergah Tante Erni. Semua mulut kembali diam, makan dengan kecemasannya sendiri-sendiri.

"Jangan bikin aku bangkrut, ya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun