Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Bapak Saat Studi Magister

20 Januari 2024   19:09 Diperbarui: 20 Januari 2024   20:48 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak tertua memang seringkali pergi jauh dari rumah, bukan?

Perkara yang lebih menguji tekad dari keputusan ke Bumi Cendrawasih ialah Anda tidak cukup pantas datang jika didorong motivasi "para pemburu batu loncatan". Kepantasan Anda ditentukan kesetiaan untuk mengabdi karena itu ia bisa mengambil seluruh dari hidup Anda.

Bapak berhasil membuktikan bahwa dia bukan bagian dari pemburu batu loncatan selama hidupnya. Ketika beberapa dari rekan seangkatan atau yang lebih muda memilih comeback, Bapak kebayang saja tidak. 

Sampai pensiun, dan kalau bukan karena dipaksa anak-anaknya, Bapak tidak akan pulang ke Yogya lagi. Bapak baru mengiyakan ke Yogya sesudah semua anaknya gantian merantau. 

Sebelum episodenya hidupnya berakhir, Bapak masih berjuang menyelesaikan beberapa impiannya yang tidak mudah dicapai. Salah satunya adalah menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa, Yogyakarta.

Keputusan melanjutkan sekolah membuat salah satu anggota keluarga besarnya bertanya. "Bapakmu sudah pensiun, ngapain masih ngambil sekolah S2?"

Saya tidak banyak menjelaskan, hanya membatin kalau Bapak sudah berkehendak, siapa yang bisa melarang?

Bapak dan Cerita Sekolah Magister. Karena menjadi mahasiswa lagi, Bapak wajib mengadaptasikan diri dengan perilaku keseharian sebagai anak ko-kosan. Kebetulan anak bungsunya, adik nomor tiga saya, masih bekerja dan menyewa kontrakan di Yogya bersama kawan-kawannya. Jadi tidak terlalu mengkhawatirkan. 

Hanya di akhir pekan atau libur perkuliahan, Bapak akan pulang ke Kulonprogo. Mengunjungi Mbah Putri yang makin sepuh sembari mengurusi rumah tua peninggalan keluarga. 

Selebihnya, Bapak mengalami ritus bolak-balik kampus dan kos-kosan sebagaimana kehidupan mahasiswa. Saban hari menghadiri kuliah tatap muka dan merampungkan tugas-tugas. 

Mengadaptasikan tubuh dan kesadaran di usia pensiun--yang identik dengan keseharian yang bersarung, kursi malas, cucu dan selow; mengurus ternak atau kebun (kalau masih punya)--sebagai mahasiswa tingkat magister bukanlah diperuntukan bagi jiwa-jiwa produk kursus motivator. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun