Sementara kalian, Bro dan Sis PSI yang budiman, kediktatoran macam apa yang kalian lawan sehingga cepat-cepat merapat jantung kekuasaan?Â
Epos kepemudaan macam apa yang kalian ingin wariskan jika keberanian menciptakan alternatif terhadap politik yang membosankan ini kalian sembelih dengan bergotong-royong? Mohon maaf, kalian menggunakan mazhab apa ya?
Kalaupun Bro dan Sis PSI tidak lagi memiliki kepercayaan bahwa ideologi adalah perkara pokok dalam perjuangan politik, lantas "kesegaran" macam apa yang bisa ditandingkan kepada pengikut aliran lampau di partai-partai mapan dan keras kepala itu?
Saya memang tidak sungguh penasaran dengan jawabannya, sama tidak pedulinya dengan siklus pemilu, tapi itu tidak lantas berarti tidak boleh bertanya bukan?
Hanya rasa-rasanya, drama "mendadak ketua umum" ini marak sekali terjadi di daerah. Terutama ketika sebuah dinasti sedang dibentuk, sedang menuju sentralisasi baru, sang putra mahkota tiba-tiba saja menjadi figur penting.Â
Mendadak terpilih sebagai ketua di organisasi apa saja yang bisa diketuainya. Hampir semua baliho yang berkibar-kibar di kota-kota utama daerah tersebut akan menjadi barang haram jika tidak memuat foto dirinya.Â
Sosok anak muda ini dipaksa-paksa untuk terlihat patut, pantas, layak dan semua memiliki hak yang sama dalam politik, mengapa tidak boleh? Ngana ganu? Talang bom jo!
Kesimpulannya cuma satu. Jelas dan terang: Begitulah politik, peristiwanya tidak mengubah apa-apa, tapi tetap saja diberitakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H