Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Poros Bernama "U"

16 Oktober 2021   22:31 Diperbarui: 17 Oktober 2021   14:15 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum kecelakaan itu menjadi pembatas sejarah, U telah mengembalikan dirinya yang agraris. Pelan-pelan, dia menunggangi trend hingga menemukan energi milik leluhur yang tersimpan di balik ramainya migrasi orang desa ke kota-kota yang sumpek. 

U memulainya dengan menikmati diri sebagai petani bunga hias. U telah kembali mencintai bau tanah.

Inikah lompatan yang dia maksud? 

Dan kecelakaan sialan itu benar-benar membawa U kembali ke rumahnya. Ke desanya yang tenang di kaki Tilongkabila. Selama berjibaku dengan dirinya yang chaos, U bukan saja merawat bunga. Dia juga mengasuh anak-anak unggas dan membesarkan kambing. 

Kulitnya lebih hitam dan baunya lebih tanah. Sedang aku masih tak bisa mengakses endapan memori yang merawat kita pada sebuah masa. Hingga pandemi datang, dunia manusia yang tak pernah lelah mengeja kemajuan itu tiba-tiba disuruh berhenti dulu. 

Ada yang telah lama salah dari cara menjadi manusia dan semua juga tahu tidak pernah bisa membaikinya.

Banyak orang ingin kembali ramah kepada alam. Kembali mencintai tubuhnya dengan makan sehat dan hidup yang bugar. Seperti kecemasan seorang Zizek yang sempat kubaca, pandemi Covid-19 memaksa manusia kini tak bisa main-main dengan tubuhnya. Bukan saja terpisah, manusia seolah kehilangan daulat atas sendiri. 

Pandemi ini menuntunku menemui U.

Dihantar senja yang selalu membuat petak-petak sawah di kaki Tilongkabila itu serasa rumah yang tenang di tengah dunia yang kacau, U menyambutku dengan senyumnya yang khas.

 Aku memeluknya berkali-kali. "Sehat-sehat, Uti." Sambil merahasiakan haru yang mendesak-desak. Sudah dua dasawarsa aku tak melihatnya secara utuh.

Di samping rumahnya, telah ada empat petak kolam ikan. Di bagian belakang, sebuah kandang berukuran sedang untuk anak-anak ayam berdiri mantap. Sebuah mesin tetas berdiri di sebelahnya. Dan kandang yang lebih besar, beberapa meter dari rumah, 250 ekor bebek sedang diasuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun