Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Poros Bernama "U"

16 Oktober 2021   22:31 Diperbarui: 17 Oktober 2021   14:15 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

U adalah biografi yang selalu gagu di depan kemajuan urban, ketika kebanyakan merindukannya.

Lalu pada suatu waktu, di tahun-tahun ketika aku masih sering mengunjungi U itu, sebuah tragedi hampir merampasnya dari kami semua. Kala itu, hari hanya diisi dengan hujan yang deras. Kemudian banjir datang, tak lama berselang. Membawa batang balok, bebatuan ganal, lumpur, dan rasa takut.

Negeri ini telah menggali kuburnya dengan serial bencana. Tapi penduduknya mungkin lebih risau dituduh tak mengenal kemajuan dan pembangunan.  

Dan U memilih pergi mengantar sedikit bantuan di sebuah pemukiman pesisir yang ambruk. Dengan matic dan helm tipis, U menembus udara dingin sebelum tubuhnya menghantam bodi sebuah truk yang parkir di pinggir jalan tanpa tanda peringatan. U masuk ICU dan aku hanya punya kecemasan yang makin membesar di dalam dada. 

Sejak kecelakaan itu, U tak lagi bisa dimasuki siapapun. 

Tidak ada yang bisa berbicara kepadanya, menemui apa yang sedang bekerja di kepalanya. Menjumpai apa yang sedang membuatnya galau, bersedih atau sedang penuh semangat. U seperti sedang bertarung di batas kegilaan. Sebuah pertarungan yang memaksa kami seperti orang-orang kehilangan namun tanpa daya.

Tragedi ini seolah peringatan jika U yang tengah bergulat menyelesaikan hidupnya yang terlalu lama di sebuah fakultas tak pernah menemui perpisahan yang membanggakan. Tragedi ini juga merampas usaha-usaha kecilnya demi menciptakan kemandirian sebelum tiba masa wisuda yang mungkin dengan ijazahnya, dia tak akan punya mimpi yang lain. Kecuali seragam, apel pagi, dan perempuan yang tak dijumpainya karena sebungkus kue pia. 

Aku kehilangan U. Persisnya, tak siap dengan U yang tak tersentuh oleh kenangan dari masa lalu dimana kawan-kawannya selalu menanti kekonyolan jenis apalagi yang akan diciptakannya. Yang tersisa di matanya hanyalah sorot yang liar. 

Aku ingat sekali, sebelum hari naas tiba, U pernah bilang begini. "Aku akan membuat lompatan. Kampus seperti rumah yang lama-lama asing. Aku tak menemukan apa-apa di sana, selain tidak mampu melakukan hal lain."

"Lompatan?"

Tak ada penjelasan. Kecuali kami minum terlalu banyak malam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun