Keseimbangan domestik ini berakhir seiring meninggalnya Cheung Wing-sing.Â
Sisanya, narasi Ip Man di seri penutupnya ini hanyalah pengulangan lakon yang sama walau dikontekstualisasi dengan kritik terhadap dekadensi. Sebuah kontinyuitas yang tak retak. Sebuah penegasan yang tak  memiliki cacat.
Ip Man yang mulai berambut putih tetap melawan klaim superioritas Barat (yang menggunakan karate) dalam pertempuran tangan kosong. Wing Chun tetap bertindak sebagai seni bertarung yang efektif, luwes dan indah. Seperti teknik memukul bertubi-tubi layaknya jurus seribu kepalan.Â
Juga teknik menotok mematikan yang membuat Barton Geddes terkapar mengenaskan. Termasuk teknik bertahan dalam jarak rapat.
Bagaimana dengan kehadiran Bruce Lee?Â
Walau telah ditampilkan sebagai agen baru dari diplomasi budaya Tiongkok di Amerika, Bruce Lee hanya sebuah latar.Â
Bruce Lee memang memberikan penegasan akan visi kosmopolit Ip Man, misalnya dengan mengirimkan buku karangannya tentang seni beladiri Tiongkok dan kehendak untuk menginternasioanlisasikannya. Ip Man salut dan mendukung usaha ini-sikap yang ditentang sejawatnya para master kungfu yang malah menjadi konservatif dan defensif di tanah Paman Sam.
Sayangnya, Bruce adalah sebuah nama besar yang membutuhkan pelukisan biopik tersendiri.
So, apa yang bisa dikatakan sebagai pamungkas dari Ip Man 4: The Finale?
"Use your martial skill for the good of humanity". Ini kata-kata mendiang Ip Man, bukan Donnie Yen.
Tabik!