Barat dengan klaim-klaim superioritas yang kasar lagi pongah. Berkarakter meledak-ledak dan menderita pembengkakan penglihatan kepada eksistensi sang liyan.Â
Barat Putih dan cacat seperti ini terlihat sepanjang narasi Ip Man direkonstruksi. Dan terlihat lebih vulgar dalam The Finale ini.
Pada sekuel terakhir yang berdurasi 105 menit ini, serangan-serangan politik terhadap White Supremacy Politics ditunjukan secara terbuka dengan mengambil konteks kunjungan Ip Man ke Amerika. Salah satu yang cukup menohok adalah kritik imigran Tiongkok yang leluhurnya terlibat dalam pembuatan rel kereta api. Rel yang menyambungkan pusat-pusat pertambangan dan pada akhirnya menentukan kekayaan.Â
Tapi kontribusi historis-kultural ini bukan saja dilupakan dalam sejarah pembentukan bangsa. Amerikanisme yang Putih terlihat seperti kehendak yang dekaden. Saat bersamaan, The Finale menunjukan solidaritas "kulit berwarna" dalam menentang supremasi yang sakit jiwa ini.Â
Singkat kata, Ip Man 4: The Finale adalah kritik historis yang faktual terhadap Amerikanisme atau Barat yang mendadak paranoid dengan imigran.Â
Karena itu juga, boikot demonstran Hongkong yang menyebut para pegiat Ip Man 4 sebagai "kolaborator" dari kepentingan Beijing sebagaimana tertera di laman The Hollywood Reporter bisa sangat dimengerti. Tentu jika kita membenarkan dan bersetuju dengan protes mereka yang telah berlangsung berbulan-bulan.Â
Sebab pada Ip Man yang menjadi seri penutup ini, kritik politik terhadap amnesia sejarah dari White Supremacy  Politics mungkin juga perlu dibaca sebagai persoalan (nasionalisme) Tiongkok terhadap Hongkong.
Lantas, dari tiga inti nilai (: antikolonialisme nan kosmopolit, citra "family man" dan pasangan romantis serta kritik terhadap superioritas Barat) yang mengikat narasi biopik tentang hidup Ip Man, apa yang sejatinya berakhir?
Satu segi yang berakhir itu adalah karena Ip Man sebenarnya telah menanggung kerapuhan yang serius sejak harus hidup sendiri. Sebagai lelaki dan sebagai ayah, ia tidak lagi memiliki penyeimbang; tidak memiliki pusat yang memberinya ketenangan dan memelihara keyakinan diri.Â
Hal mana tampak dari pertengkaran dirinya dengan Ip Chun, anak lelakinya. Ia bahkan sampai menampar, sesuatu yang dari keseluruhan seri seperti bukan Ip Man yang lembut dan hangat.Â
Ip Man tampak egois dan menderita BAPAKISME: segala hanya benar dalam ijin bapak-suami-lelaki kepala keluarga-pencari nafkah-penjaga martabat-bla-bla!