Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kitab "Fragmen", Puisi dan Sedikit Catatan

30 Agustus 2018   10:08 Diperbarui: 4 September 2018   14:45 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...tapi adakah komunikasi segala-galanya? Puisi modern, yang di Indonesia dibuka pintunya oleh Charil Anwar, menjawab 'tidak'. Puisi ini adalah ikhtiar agar dunia privat bisa diungkapkan dan tak punah tertindas oleh bahasa orang ramai. Dunia privat saya adalah nasib saya, dan nasib, kata Chairil, "adalah kesunyian masing-masing'. (hal 58 dan 61)

Dari kutipan di atas, bahasa yang membentuk komunikasi adalah bahasa yang saya ilustrasikan pada dunia yang rutin, dunia sehari-hari yang sudah terpola, terlembagakan. Bahasa yang menjadi milik dari orang ramai, yang berdiri dalam kejelasan dan kestabilan. Berada di wilayah ini maka kita, dalam bahasa Goenawan, sedang menemui bahasa.

Dunia yang rutin sebagaimana ilustrasi di atas, adalah kekuatan yang ikut terlibat--tentu dalam bahasa dan komunikasi--membentuk typifikasi atau 'himpunan ingatan'. Dalam himpunan ingatan itu, melalui proses menulis, ada dunia privat yang oleh bahasa puisi, berusaha tampil dalam pembahasaan yang "tidak terang, tetap dan stabil" seperti dalam bahasa sehari-hari atau bahasa yang dikehendaki oleh filosof dan saintis: berambisi pada pencaharian kebenaran yang terang.

Dalam bahasa puisi, ketika dunia privat hendak membebaskan diri dari bahasa yang rutin, ia bergandeng dengan imajinasi. Imajinasi menjadi kekuatan yang membuat "apa yang tampak telah diterima oleh bahasa yang rutin tadi" memiliki "ceruk atau rongga" yang tak sepenuhnya terang benderang seperti dalam bahasa sains.

Saya contohkan satu puisi yang tak mengenal batasan bait apalagi penggunaan susunan kata yang menghendaki adanya pengertian yang langsung dan jelas. Puisi dari joko Pinurbo.

Kepada Puisi

Kau adalah mata, aku air matamu

(2003)

Apa yang bisa dijelaskan dari puisi di atas?

Bahwa puisi adalah keterjagaan, keawasan, kejelian, kewaspadaan, jendela pengetahuan (dilambangkan mata) yang hidup dari kesedihan (dilambangkan airmata)? Atau, kewaspadaan yang disembuhkan oleh dirinya sendiri (fungsi air mata terhadap mata)?

Tidak ada yang jelas, tidak ada yang secara konseptual sedang mewartakan kebenaran apa pun di sana. Tapi bukan berarti tidak ada makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun