Sementara di tubuh perawat naas, dua pria berbadan besar dengan seragam militer lama, tertawa gembira tanpa suara. Wajah mereka wajah pucat bengis dan puas seperti baru saja menuntas misi paling berat sepanjang karirnya.
Rambut mereka pirang. Di dada kirinya, tertulis "United States Paratrooper".
Tentara Penerjun Amerika, batin Jeremi.
Wajah dua tentara itu lantas menatap tajam ke arahnya, dengan seringai senyum serupa serigala yang puas di depan tubuh korban hasil keroyokan syahwat. Sedang perempuan yang kemaluannya masih mengeluarkan darah......kini menatapnya dengan wajah memelas yang menyesal. Wajah perawat Jepang.
"Kau seharusnya tidak menantang tabu. Beratus tahun kami menunggu bebas dari kutukan ini."
Suara terakhir yang didengarnya sebelum jatuh. Tak sadarkan diri. Â
***
Anton dan Hardi baru saja keluar dari ruangan dengan dinding putih kekuningan dengan dingin yang berjaga sepanjang waktu. Ruangan yang paling dihindari mereka sejak Jeremi, dengan keras kepala sok rasional, memutuskan membawa motornya  di malam ketika seluruh kota memilih diam di rumah. Jeremi tak pernah pulang sejak malam itu.
"Dik, sebentar..."
Anton dan Hardi menghentikan langkah, saling menatap cemas.
Lelaki berseragam coklat dengan bunga kecil keperakan berderet tiga di bahunya menyusul mereka.