Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

A Life Beyond Boundaries dalam 9 Catatan Penting

20 Januari 2017   08:39 Diperbarui: 13 Desember 2019   10:37 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku yang brilian, kocak, sekaligus tragis dari pengalaman penulisnya selama tahun terakhir rezim kolonial Belanda, tiga setengah tahun pendudukan Jepang, dan dua tahun pertama Revolusi Bersenjata, demikian kekaguman Opa Ben. 

Belakangan, sesudah melacak kesana sini, diketahui jika pemilik nama pena itu adalah Kwee Thiam Tjing, seorang jurnalis dan kolumnis peranakan Tionghoa yang terkenal selama 20 tahun terakhir rezim kolonial Belanda. 

Kwee dalam kesimpulannya adalah seorang patriot sekaligus humanis yang berpandangan jernih.

Minat susastra terus bertahan hingga beliau pensiun dari tugas-tugas akademik sebagai profesor di Cornell di bilangan pertengahan tahun 90-an. Minat yang membawanya bertemu dengan Eka Kurniawan, penulis novel yang menurut Opa Ben “terbesar di Asia Tenggara saat sekarang ini”. 

Pertemuan yang membawa mereka kedalam kerjasama menerjemahkan karya penulis novel dengan cita rasa super duper yummy seperti Lelaki Harimau dan Cantik itu Luka, sekadar menyebut dua yang sudah saya lahap, ke bahasa Inggris.

***

Sembilan catatan yang disarikan disini pastilah dituntun oleh ketertarikan subyektif saya. Artinya jika Anda membaca sendiri buku itu pastilah akan meng-capture kesan berbeda. 

Yang menjadi penting dari catatan ini kepada saya adalah bila pada mulanya ketertarikan terhadap Opa Ben Anderson bersifat geneologis, yakni melacak jejak ide dalam kritisisme George Aditjondro maka kali ini lebih karena “keresahan faktual”. 

Sesudah menyelesaikan Hidup di Luar Tempurung, saya kira Opa Ben cukup membantu mengenali penggal historis Indonesia atau Asia Tenggara dalam pergumulan intelektualisme cum aktivismenya. 

Indonesia yang kini mencemaskan, cinta pertama yang merupakan lokus penting pergumulan sosok yang mahir menulis dalam ejaan lama ini, mengapa tidak menjadi cinta abadi yang sungguh-sungguh di anak-anak muda yang lahir di masa tenang, semisal saya?

Keresahan faktual yang dimaksud tentu saja adalah perkembangan kehidupan politik dimana perang hoax yang berkelindan dengan provokasi dan kebencian, bukan sebatas dusta, tengah merajalela kemana suka, dari Timur Barat Utara Selatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun